Khadafi, Raja Afrika Masih Bertahan
26 August 2011 | 5:32 am | Dilihat : 694
Pertempuran sengit berlangsung di Tripoli sejak Senin (22/8), dimana pejuang pemberontak yang menamakan dirinya Brigade Tripoli menyambut pejuang lainnya masuk kota melalui Zawiyah, kota sebelah Barat Tripoli yang telah dikuasai pejuang pemberontak. Para pemberontak pada lapis pertama menghadapi Brigade ke-32, sebuah satuan elit yang dipimpin oleh putra Khadafi, Khamis Khadafi.
Markas Brigade Khamis akhirnya dapat dikuasai pejuang dengan dukungan udara NATO. Pada Senin malam, para pejuang telah menyapu kota Tripoli, dan masyarakat laki dan wanita berbaris bergabung. Simpang siur berita beredar di Tripoli, kedua belah pihak mengaku menguasai kota. Senin malam Saif Al-Islam putra Khadafi telah muncul di hotel Rixos. Dentuman senjata berat dan letusan senjata terus bergema di Tripoli. Istana Khadafi, Bab Al-Aziziya telah diduduki para pejuang.
Perang saudara di Libya telah berlangsung selama enam bulan, dimana tanggal 23 September adalah genap enam bulan keterlibatan NATO dan sekutu lainnya dalam memberikan dukungan serangan udara kepada pejuang pemberontak melawan Khadafi. Kekuatan udara dan darat Libya telah berhasil dilumpuhkan oleh gelombang serangan udara NATO yang terus mengontrol wilayah udara Libya. Otorisasi dari resolusi NATO tersebut akan berakhir pada bulan September mendatang. Beberapa anggota aliansi kini menyatakan ketidak sabaran mereka.
Presiden Obama dan beberapa pemimpin dunia menyatakan akan segera berakhirnya 42 tahun kepemimpinan Khadafi, dan memuji rakyat Libya. Para pemimpin itu menyatakan siap untuk bekerja sama dengan pemerintah Libya yang baru, yang diperkirakan akan dipimpin oleh Dewan Transisi Nasional yang berbasis di timur kota Benghazi. Presiden Obama memperingatkan bahwa "situasi sangat cair, masih ada tingkat ketidakpastian, dan terdapat unsur-unsur rezim yang berpeluang menimbulkan ancaman," katanya.
Kekuatan Khadafi
Khadafi yang menyatakan dirinya sebagai Raja Afrika hingga kini belum diketahui keberadaannya. NATO mengkhawatirkan masih terdapat kaum loyalis di Tripoli. Hal yang serupa juga terjadi di Irak pada 2003, saat Sadam Hussein jatuh, kaum loyalis masih mampu bergerilya hingga kini, terus menggangu pemerintah Irak, walau Sadam telah dihukum mati. Pemberontak telah mengambil alih TV pemerintah di Tripoli pada hari Selasa. Akan tetapi dalam pidatonya melalui media lokal yang dirahasiakan, Khadafi mengatakan bahwa ia melakukan langkah taktis, dengan meninggalkan kompleks Bab Al-Aziziya, dan berjanji untuk berjuang "sampai teraihnya kemenangan atau kematian."
Khadafi mengatakan dia masih berada di Tripoli dan menyerukan penduduk serta suku di seluruh negeri untuk membebaskan ibukota dari setan dan penghianat. "Saya telah melihat keluar dengan diam-diam dan tidak melihat Tripoli dalam bahaya." katanya. Sementara juru bicara Khadafi, Moussa Ibrahim dalam wawancara telepon dengan stasiun televisi Al-Orouba, "bersumpah akan kembali dan mengambil Tripoli," tegasnya.
Tercatat dua kota besar dan beberapa kota kecil yang masih setia kepada Khadafi, sehingga jalan panjang masih membentang sebelum pejuang pemberontak menyatakan menguasai seluruh negeri. Juru bicara Pentagon Kolonel Dave Lapan mengatakan AS masih percaya Khadafi ada di Libya. Sementara Abdel Salam Jalloud, mantan tangan kanan Khadafi yang membelot setelah dimulainya pertempuran Tripoli mulai, juga menyatakan kalau Khadafi masih di Tripoli.
Khadafi kini akan menggunakan terorisme sebagai instrument kebijakan negara untuk menyerang balik dan dia telah memerintahkan loyalisnya untuk menyerang (hit and run), dan berjuang hingga akhir. Sementara Dewan Pemberontak menyatakan akan memberikan amnesti kepada pengikut Khadafi yang dapat menangkap atau membunuhnya. Bahkan kini seorang pengusaha Benghazi telah menawarkan hadiah sebesar dua juta dinar Libya, atau sekitar US $ 1,3 juta, untuk siapa yang dapat menangkap Khadafi.
Masyarakat Internasional
Pergolakan Libya yang didukung Barat ternyata telah memakan korban demikian banyak warga Libya. Televisi Al-Jazeera memperkirakan korban berjumlah 10.000 jiwa, Associated Press memperkirakan 30.000, Menteri Penerangan Libya menyatakan dalam sebelas jam pertempuran, tercatat korban tewas di Tripoli mencapai 1300 jiwa.
Walau pejuang pemberontak belum sepenuhnya meraih kemenangan, Al-Jazeera melaporkan ada 41 negara yang mengakui National Transitional Council (NTC), Dewan Transisi Nasional. NTC yang dipimpin oleh Mustafa Abdel Jalil serta anggota NTC lainnya kini menunjuk Mahmoud Jibril, Kepala Eksekutif opisisi NTC Libya untuk membentuk pemerintahan sementara.
Tercatat negara-negara yang telah mengakui NTC sebagai berikut, Albania, Australia, Austria, Bahrain, Belgia, Inggris, Bulgaria, Kanada, Kroasia, Denmark, Mesir, Finlandia, Perancis, Gambia, Jerman, Yunani, Irak, Italia, Jepang, Yordania , Kuwait, Latvia, Libanon, Luksemburg, Maladewa, Malta, Montenegro, Maroko, Belanda, Nigeria, Otoritas Palestina, Panama, Portugal, Qatar, Senegal, Slovenia, Spanyol, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat.
Rusia dan China belum mengakui NTC, tetapi China menyatakan selalu melekat dalam peran pentingnya, Rusia menyatakan akan mengakui apabila pemberontak mampu menyatukan dalam awal baru yang demokratis.
Kini masyarakat internasional menunggu perkembangan Libya yang penuh dengan kekerasan, walau pejuang pemberontak menyatakan telah menguasai 90 persen negara, nampaknya dalam waktu mendatang perang saudara akan tetap berlanjut, serangan bom dan sniper akan terus berlanjut. Sebuah bukti, sebuah negara akan terus terikat dengan masyarakat internasional, dimana pemerintah yang berkuasa tidak bisa bertindak sewenang-wenang kepada rakyatnya.
Mungkin benar apa yang dikatakan Presiden Rusia, Vladimir Putin "Sejarah membuktikan bahwa semua bentuk pemerintahan diktator dan otoriter hanyalah sementara.
Hanya demokrasi yang tidak sementara. Apa pun kekurangannya, belum ada sistem yang lebih unggul dari demokrasi." Apakah memang demikian?. Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, pemerhati intelijen, penulis buku Intelijen Bertawaf ( http://ramalanintelijen.net )
Catatan : Artikel ditayangkan di Harian Seputar Indonesia (Jumat, 26/8, Opini)