SMI Saingan Berat Ical, Betulkah?
13 August 2011 | 11:45 pm | Dilihat : 326
Masalah politik tetap menjadi primadona dari media, jauh mengalahkan masalah teror yang sebenarnya bisa langsung menyebabkan jatuhnya korban dengan tingkat kengerian yang tinggi. Kasus Nazaruddin misalnya, merupakan berita dengan peringkat tertinggi, tiap menit diberitakan, khususnya pada saat menjelang kedatangan di Bandara Halim.
Para wartawan dan cameraman TV rela berdingin-dingin mulai jam 02.00 dinihari hingga kedatangan pukul 20.00 hari yang sama Sabtu malam. Setelah itu mereka mengejar hingga ke kantor KPK. Pemberitaannya mengalahkan kunjungan Presiden Obama saat ke Jakarta. Sedangkan berita diterimanya Umar Patek dari Pakistan hanya menempati berita sehari, setelah itu langsung redup.
Selain berita Bung Nazar, ada lagi berita yang menarik, yaitu perseteruan antara pendukung SMI (Sri Mulyani) yang di capreskan Partai SRI dengan pendukung Ical (Aburizal Bakrie). Penyebabnya karena kedua tokoh tersebut menerima tanda jasa bintang Mahaputra Adipradana.
Anggota DewanPertimbangan Partai SRI, Arbi Sanit menyatakan pemberian penghargaan kepada Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie tidak layak. Menurut dia, nama Ical masih sulit dipisahkan dengan tragedi lumpur Lapindo Sidoarjo. Selain itu namanya juga belum bersih dari kasus berbagai perusahaannya yang mengemplang pajak. “Mana mungkin dia diberikan bintang jasa. Kasus-kasus yang menyeret namanya (Ical) kan masih banyak dan hingga saat ini belum terselesaikan. Menurut saya, dia tidak layak diberikan bintang jasa,”tegasnya.
Dilain pihak, Wakil Bendahara Partai Golkar Bambang Soesatyo mengkritik pemberian tanda jasa kepada mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurutnya, DPR layak merasa dilecehkan oleh pemerintah. “Sebab, dalam keputusan politiknya, DPR telah menempatkan Sri Mulyani sebagai sosok yang punya masalah dengan hukum terkait peran dan posisinya dalam skandal Bank Century. Jangan lupa bahwa sikap politik DPR itu ditetapkan dalam sidang paripurna DPR,” katanya. Selanjutnya ditegaskannya, “Ke depan saya khawatir tanda jasa dari pemerintah atau negara menjadi tak bernilai apa-apa lagi.
Ungkapan kedua tokoh politik tersebut secara langsung menggambarkan adanya ketegangan diantara kedua kubu capres. Yang nampak agak resah adalah kubu Golkar nampaknya. Kini SMI barulah menjadi capres ungkapan, maksudnya baru diungkapkan Partai SRI. Belum jelas apakah Partai SRI akan besar, atau elektabilitas SMI akan tinggi. Tetapi nampaknya kedua kubu sudah mulai membaca kira-kira siapa yang akan menjadi lawan beratnya pada 2014 nanti.
SMI yang nampak sebagai wanita pintar, terdidik, berhati baja, tough, diakui dan berpeluang didukung dunia internasional, kelihatannya dikhawatirkan menjadi kuda troya pada pilpres nanti. Tidak ada apa-apa, tetapi apabila mendapat dukungan atau dilamar partai papan atas dan momentumnya tepat, dia akan menjadi pesaing potensial bagi capres manapun. Kira-kira disitu nilai bahaya yang dibaca oleh pendukung Ical.
Sementara pendukung SMI dari Partai SRI, menilai yang kini sangat potensial akan menjadi capres kuat adalah Aburizal Bakrie. Pertama partai Golkar makin solid dan gebrakan Ical mulai menarik konstituen atau kader Partai Demokrat apabila nanti pada saatnya akan membelot. Rumus SRI kelihatannya mengandalkan rumus militer, bahwa menyerang adalah sebuah pertahanan terbaik. Lawan akan repot menyelesaikan yang diserang, terlebih penyerang faham dengan titik rawannya.
Jadi, beberapa pihak hanya mengukur dengan kondisi yang bisa dinilai masa kini, mestinya informasi intelijen harus mereka matangkan, walaupun hanya dalam persaingan politik. Kalau mereka melupakan PDIP dengan Megawati sebagai ikon terkuat, mereka akan tergelincir berperang dengan pihak yang salah. Strategi PDIP cukup ampuh, dengan sedikit melempar informasi bahwa Mega tidak akan maju, akan terlihat siapa yang paling berambisi. Bagaimana kalau itu sebuah desepsi?
Jadi itulah perkembangan situasi politik yang melengkapi pemberitaan berita korupsi politik dari Nazar. Menarik memang majunya secara resmi SMI kepanggung politik Indonesia. Walau tidak nampak secara eksplisit, agak gentar juga kubu Golkar itu. Memang perseteruan serta rasa sakit hati masa lalu antara dua pihak tersebut akan semakin meramaikan bursa capres pada 2014. Bagi kita yang awam, hanya berdoa, semoga kita diberikan Allah Swt, capres yang akan membawa Indonesia menuju ke cita-cita luhurnya, Amin. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )