SRI dan Sri Mulyani Menuju Pilpres 2014
4 August 2011 | 12:15 am | Dilihat : 1150
Sore tadi penulis menonton sebuah talk show di televisi, yang dikemas dengan apik dan diatur alurnya oleh presenter pintar yang penulis kenal, Kania. Talk show seputar terbentuknya Partai SRI (Serikat Rakyat Independen). Penulis memperhatikan penjelasan dari Rocky Gerungan sebagai anggota Dewan Pertimbangan Partai SRI. Seperti diberitakan, Partai SRI dibentuk untuk mengusung Sri Mulyani mantan Menkeu sebagai capres.
Penulis mempelajari lebih lanjut tentang partai ini, semua tertera jelas di website srimulyani.net. Partai Serikat Rakyat Independen didirikan di Jakarta, 2 Mei 2011. Ketua Umum Partai dijabat oleh D.Taufan, Sekretaris Nasional oleh Yoshi Erlina, dan Susy Rizky Wiyantini sebagai bendahara. Sejumlah tokoh yang masuk sebagai anggota Majelis Pertimbangan antara lain, A. Rahman Tolleng, Arbi Sanit, Fikri Jufri, Rocky Gerung, dan Dana Iswara. Dalam penjelasannya admin menyatakan bahwa situs-web srimulyani.net bukanlah situs resmi dari Sri Mulyani Indrawati. SMI hanya menjadi ikon dari etika publik.
Jadi Partai SRI memang didirikan untuk mengusung Sri Mulyani menjadi calon presiden, itu saja intinya. Jadi ya syah-syah saja upaya bebrapa tokoh yang membidaninya. Lantas, apa komentar politisi? Mantan wapres Jusuf Kalla saat setelah acara buka puasa bersama Partai Golkar di slipi menanggapi gagasan Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) yang mengusung Sri Mulyani Indrawati dalam pilpres 2014. Menurut Kalla, Sri Mulyani, adalah tokoh yang cukup baik, namun memiliki kendala. Kendala apa JK tidak menjelaskan. Mungkin kendalanya berat karena JK yang biasanya selalu terbuka tidak menjelaskan lebih lanjut.
Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso menyambut positif kehadiran Partai SRI. "Saya doakan semoga lulus verifikasi, tidak mudah, tapi namanya usaha. Silakan mengusung tokoh siapapun." Priyo menilai Sri Mulyani merupakan tokoh mumpuni dan berhak dicalonkan. "Namun satu pesan saja, pencalonan Sri Mulyani tidak ada embel-embel negara asing," tegasnya.
Pada saat mendaftarkan partainya di Kemenkumham, Rocky menegaskan nama bekas Menteri Keuangan tersebut merupakan ukuran terbaik saat ini. "SMI memberi pelajaran reformasi birokrasi, etika politik. Kalau ada ukuran yang lebih dari SMI, ya kita ganti," katanya. Rocky juga mengklarifikasi ihwal dukungan negara asing terhadap Sri Mulyani. Menurut dia, terjemahan dari pernyataan para diplomat luar negeri diplintir. "Para diplomat kan ditanya, bagaimana pendapat Anda tentang Sri Mulyani? Jawabannya ya baik. Ya faktanya SMI sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia membawahi 120 negara, ya pasti dikenal," katanya.
Nah, nampaknya kini nama Mbak Sri (panggilan akrab Sri Mulyani di istana saat jadi Menkeu) semakin serius diusung oleh beberapa tokoh, selain tokoh-tokoh diatas tercatat juga pendukungnya Wimar Witoelar dan Todung Mulya Lubis. Tersisa pertanyaan, berapa besar peluang Partai SRI tersebut? Yang jelas partai ini termasuk yang akan memperebutkan suara dari basis nasionalis. Disitu sudah ada Golkar, Partai Demokrat, PDIP, Hanura dan Gerindra. Lantas konstituen mana yang akan mereka tarik. Itu masalahnya.
Banyak contoh di negara kita, pada umumnya partai baru ataupun partai sempalan biasanya sulit untuk menembus parliamentary threshold (ambang batas perolehan suara) yang 2,5 persen. Terlebih apabila nanti disetujui menjadi 5 persen. Dengan batas 2,5 persen saja dari 34 parpol nasional dan enam partai lokal di Aceh yang ikut pemilu 2009, hanya sembilan parpol nasional yang lolos dari sergapan PT.
Bisa dibayangkan ibarat kueh, konstituen pada pemilu 2009 yang berjumlah 104.099.785 orang telah di bagi oleh puluhan parpol dengan caranya masing-masing. Suara terbanyak tiga besar di duduki oleh Demokrat dengan 21.703.137 suara atau 20,85%, Golkar dengan 15.037.757 suara atau 14,45%, dan PDIP dengan 14.600.091 suara atau 14,03%. Sementara 25 parpol menjadi parpol gurem.
Nah, dari data-data tersebut, entah bagaimana caranya Partai SRI akan menarik minat konstituen di dunia politik yang masih banyak berbau tricky ini. Nampaknya agak berat langkahnya. Sri Mulyani sebagai tokoh pintar memang banyak digandrungi oleh para orang pandai disini. Banyak yang memimpikan Mbak Sri duduk di singgasana kepresidenan, melihat keilmuwan, kepiawaian, sikap, pengakuan dunia luar dan banyak lagi nilai positifnya. Mereka mengharapkan adanya perubahan di Indonesia dengan kepemimpinan SMI.
Akan tetapi ada yang agak dilupakan, membangun sebuah brand image tidaklah bisa dilakukan sesaat, Pak SBY contohnya, pada pemilu 2004, sudah demikian terkenal dan terus tiap hari diberitakan dalam sekian tahun, citranya secara perlahan tetapi konsisten baru bisa naik dan akhirnya mampu menaklukkan kharisma Ibu Megawati. Bagaimana dengan SMI yang kini berada nun jauh disana? Rakyat kita tidak cukup dirayu hanya dengan kata-kata, rakyat butuh disentuh langsung, itulah kuncinya.
Pengurus SRI mempunyai dua pekerjaan berat, harus lolos PT (kemungkinan besar lima persen) dan mengenalkan SMI ke lapisan bawah dan menjadikannya patron. Menurut penulis rasanya berat sekali. Apabila loyalis SMI lebih jeli, ada signal Partai Demokrat yang disampaikan Achmad Mubarok, walaupun sangat kecil, ada peluang SMI menjadi jago Partai Demokrat. Peluang ini jelas dinilai lebih baik untuk bertarung dikancah pencapresan. Semua tergantung bagaimana mengomunikasikan dan melakukan bargain. Sulit kini mengusung sebuah idealisme di Indonesia, karena rakyatnya banyak yang siap mati hanya karena 20 ribu rupiah atau dua kilo beras.
Atau mungkin ada pemikiran menaikkan bargaining position SMI? Tidak jelas juga. Tetapi di era demokrasi masa kini, kita patut menghargai upaya serta kerja keras elit SRI, tetap memegang teguh tujuan. Selamat berjuang Bung, Good Luck. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net)
Ilustrasi gambar : srimulyani.net