Golkar Dan Lima Jagoan Capres
3 August 2011 | 2:00 pm | Dilihat : 1087
Disaat Partai Demokrat sedang mengalami gempuran dan tekanan psikologis politis, Partai Golkar sebagai Parpol senior mengumumkan beberapa nama yang nampaknya akan diusung sebagai balon (bakal calon) presiden pada pemilu 2014 nanti. Nama yang diusung adalah lima orang tokoh besarnya, mereka adalah Mantan Wapres Jusuf Kalla (JK), Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical), Wakil Ketua Umum yang sedang menjabat sebagai Menko Kesra, Agung Laksono, Ketua Dewan Pertimbangan Akbar Tanjung dan Fadel Muhammad.
Rasa percaya diri pengurus Golkar terlihat didasari dengan pemikiran tidak majunya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat SBY pada Pilpres 2014. Salah satu tokoh Golkar, Lili Asdjudiredja Selasa (2/8) menyatakan kepada wartawan, “Kita sudah siapkan lima tokoh terbaik untuk tokoh senior 2014. Kita akan pilih salah satu yang terbaik di antara mereka melalui survey, untuk kemudian kita tetapkan sebagai calon presiden dari Golkar.”
Mengenai alasan partainya mengusung kelima kadernya tersebut, Lily kemudian menjelaskan “Kelima tokoh ini punya elektibilitas yang tinggi, tidak malu-maluin karena punya kemampuan dan pengalaman yang cukup. Mereka juga punya integritas dan peluang untuk membangkitkan bangsa yang sedang terpuruk.”
Strategi, upaya serta kematangan berpolitik para tokoh Golkar jelas tidak diragukan lagi, sebagai partai yang pernah berkuasa selama 32 tahun, dibawah pembinaan Pak Harto, jelas mereka sangat matang berpolitik. Akan tetapi nampaknya ada yang perlu dipertimbangkan oleh Golkar dalam menyikapi khususnya pilpres pada 2014 nanti. Gebrakan Ical dengan kekuatan finansialnya sudah menunjukkan hasil bagi partai Golkar. Walau baru sebatas persepsi publik, survei LSI menyebutkan bahwa Golkar kini menjadi parpol yang sangat patut diperhitungkan pada 2014 dalam arti pemilihan umum legislatif.
Disisi lain, penulis melihat, ada yang tetap harus dihitung pengurus. Pertama, apakah Golkar sudah benar-benar yakin Ibu Megawati tidak akan maju? Belum tentu juga, yang ditegaskan, capres PDIP hanya dari PDIP. Apabila Mega maju, nampaknya Golkar akan menghadapi sebuah ikon politik, tokoh serta patron terkuat pada masa kini yang memenuhi syarat sebagai capres 2014. Sederhananya sangat berat melawan Ibu yang keras ini, sekokoh gambar banteng dengan moncong putihnya.
Kedua, strategi Golkar pada pilpres 2004 dan 2009 nampaknya dapat disebut gagal. Pada 2004, Golkar dengan mengusung Pak Wiranto dan Gus Solah, hanya mampu bertanding diputaran pertama. Diputaran kedua Golkar tidak membaca kondisi serta euforia perubahan dengan munculnya Pak SBY sebagai capres, Golkar bergabung dengan PDIP. Yang menolong Golkar, karena JK sebagai tokoh Golkar masuk sebagai cawapresnya SBY, sehingga suara Golkar tidak tenggelam dalam kabinet.
Pada pilpres bulan Juli 2009, pasangan capres-cawapres Golkar, JK-Wiranto menurut data KPU hanya mampu menangguk 15.081.814 suara atau setara dengan 12,41 persen. Dibandingkan pasangan Megawati-Prabowo yang memperoleh 32.548.105 suara atau setara dengan 26,79 persen. Terlihat perolehan suara jago Golkar tidak ada separuh perolehan suara dari capres PDIP, akan lebih jauh apabila dibandingkan dengan capres Demokrat. Walaupun pada beberapa bulan sebelumnya, demikian hebat keyakinan menangnya JK, tetapi dari penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI), elektabilitas JK pada 2 Juli 2009 walau mengalami kenaikan dari 9 persen (20 Juni) menjadi 10,6 persen (2 Juli), tetap sangat rendah dalam bersaing.
Nah itu adalah sebuah contoh dimana menurut ilmu intelligence estimate, data basic descriptive yang digabung dengan data the present, apabila dianalisa dengan benar akan menghasilkan sebuah estimate yang bisa dipertanggung jawabkan. Dengan demikian, Golkar sebaiknya kembali membuka hasil survei masing-masing calon, menghitung elektabilitas serta mempelajari track record dalam perjalanan menuju ke 2014. Sebuah keyakinan semu yang disampaikan tokohnya bukan tidak mungkin hanya akan menjadi sebuah impian. Sebagai partai senior, jelas untuk ketiga kalinya dalam mengikuti persaingan pemilu dan pilpres langsung, Golkar bisa akan dipermalukan konstituennya untuk ke tiga kalinya.
Sebuah catatan dan pemikiran politik yang sederhana yang akan menolong Golkar pada masa mendatang adalah membuat pengulangan kasus, dimana menurut penulis, apabila Megawati kembali maju, sebaiknya Golkar menempatkan salah satu tokohnya sebagai cawapresnya. Tautkan Agung Laksono ke Megawati, bukankah Agung menurut Lily adalah tokoh dengan human relations terbaik? Disisi lain, Ical nampaknya akan menjadi capres Golkar, jauh lebih besar peluangnya dibandingkan kandidat-kandidat lainnya. Strategi seperti ini dalam berpolitik nampaknya syah-syah saja, banyak jalan menuju ke Roma bukan?.
Tapi yang terpenting, seseorang yang akan menjadi Presiden RI harus tabah, siap mental, jiwa berkorbannya besar, karena sekarang saja setiap hari bagi Presiden hanya mengenal hari Senin, tidak ada hari lainnya. Orang Jawa bilang kini tiap hari Presiden itu selalu di-"Seneni", disalahkan terus maksudnya. "Maaf." Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )
Ilustrasi gambar : politik.vivanews.com