Perseteruan Bang Ical dan Bang Surya
2 August 2011 | 10:15 am | Dilihat : 1059
Kita pasti faham yang dimaksud Bang Ical adalah Aburizal Bakrie pengusaha kondang, pemimpin Group Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar. Sementara Bang Surya adalah Surya Paloh tokoh politik, pendiri ormas NasDem, juga pengusaha kondang, pemilik dan pemimpin Media Goup. Keduanya pada pemilu 2004 dan 2009 bersama-sama berjuang dijalur politik dalam wadah Partai Golkar.
Nah, kini tersebar di media keduanya berseberangan dalam berpolitik. Surya Paloh yang mendirikan ormas NasDem dan kemudian oleh Golkar di ciri telah berubah menjadi Partai NasDem, telah membuat Aburizal merasa tidak nyaman. Surya dinilainya berdiri pada dua kaki. Karena Itu Ical mengultimatum hingga batas waktu 11 Agustus 2011, agar Surya mengundurkan diri dari Nasdem kembali ke Golkar atau tetap di Nasdem dan dipecat. Ultimatum disebabkan aksi Nasdem yang mendaftar ke Kemenkumham tanggal 27 Juli sebagai parpol.
Bang Surya menyayangkan sikap Golkar yang mengultimatum kadernya, bahkan menuding munculnya ultimatum ini karena Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie takut bersaing di Pemilu 2014. Surya Paloh menyatakan belum mengambil keputusan, akan fokus di aksi sosial ormas NasDem dulu. "Akan bergabung kemana, saya masih belum mikir," tegasnya. Surya menegaskan antara ormas Nasdem dengan Partai NasDem tidak ada hubungannya. Meskipun dia mengakui Partai NasDem memang dibidani beberapa pengurus ormas Nasdem.
Bang Ical nampaknya mulai meradang, bahkan menyindir kalau partai-partai baru banyak yang membohongi rakyat. "Reformasi telah membawa euforia rakyat, banyak tokoh bereksperimen menawarkan sesuatu yang baru dan dianggap lebih baik. Parpol baru bermunculan dengan janji-janji yang terkadang membius akal sehat" katanya.
Ical serta pengurus Golkar tetap mengkhawatirkan, pemilu 2014 akan menjadi semakin berat. Dia mengakui bahwa partai-partai baru seperti Demokrat, Gerindra dan Hanura telah menggerogoti suara Golkar. Memang terlihat pada pemilu 2004 Golkar masih mampu meraih suara 21,58 persen, tetapi pada pemilu 2009 perolehan suara Golkar merosot menjadi 14,5 persen.
Diakui suara Golkar tersedot ke Demokrat 16 persen, ke Hanura dan Gerindra masing-masing 5 persen dan ke parpol kecil 8 persen. Memang suara Golkar dimasa lalu adalah pemilik konstituen nasionalis, saingannya hanya PDIP. Wajar apabila NasDem yang didirikan oleh Surya Paloh yang juga tokoh Golkar, apabila membesar, akan lebih menggergaji suara Golkar.
Menyikapi situasi serta kondisi perpolitikan saat ini, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Akbar Tanjung mengatakan Golkar mengusulkan agar parliamentary threshold (PT) pada pemilu 2014 dinaikan menjadi 5 persen, ini untuk penguatan sistem presidensial, katanya. Kalau PT menjadi 5 persen, maka menurut Akbar hanya tinggal enam partai saja di parlemen. Hal itu dinilainya cukup ideal. Dilain sisi Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengira partai NasDem belum tentu lolos verifikasi. NasDem telah kehilangan ruhnya setelah beberapa tokoh yang mampu menarik massa keluar. NasDem dikatakannya tidak mempunyai legitimasi politik yang kuat.
Nah, rupanya perbedaan kedua tokoh politik nasional, pemilik media elektronik yang kuat pengaruhnya di masyarakat, pengusaha yang bonafide, dan banyak cap hebat lainnya belum akan mereda. Golkar disatu sisi memang jaringannya sudah tertata dengan baik dan bahkan Ical sudah mentarget akan meraup 40 persen suara disetiap daerah.
Sementara Surya Paloh walau masih belum mendapat kepastian besarnya jaringan Partai NasDem, nampaknya masih beranggapan bahwa antusias masyarakat dalam mendukung ormas Nasdem akan menjadi konstituen fanatis di partai NasDem dan pengurus sudah terbentuk di semua propinsi. Kerawanan NasDem seperti yang dikatakan Pak Priyo, mundurnya Sri Sultan jelas bisa merusak kepercayaan konstituen.
Waktu akan menentukan, apakah NasDem akan mampu berdiri tegak dengan punggawa Surya Paloh, bersaing di belantara politik Indonesia yang penuh dengan akal dan rasanya jauh dari kejujuran. Yang perlu diketahui oleh Golkar, menurut penulis, seperti yang dikatakan oleh pakar praktisi politik Indonesia Matori Abdul Djalil (Alm), "Bahwa bagi seorang tokoh politik yang besar, memiliki sebuah partai adalah sebuah impian utama dan kebanggaan yang belum tentu bisa diwujudkan oleh setiap orang."
Bagi Bang Surya, pewujudan Partai NasDem merupakan impiannya yang dapat dinilai jauh lebih berharga dibandingkan bekerja di rumah orang. Perkara sukses dan berhasil ataupun tidak, itu urusan belakang, begitu? Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )
Ilustrasi Gambar : matanews.com