Osama Dan Pengaruhnya Terhadap Terorisme Di Indonesia

14 June 2011 | 2:14 pm | Dilihat : 1360
Oleh  :  Prayitno Ramelan

Osama bin Laden, musuh utama Amerika dinyatakan telah tewas di Pakistan dalam sebuah operasi intelijen AS di luar Islamabad, ibu kota Pakistan.  Presiden AS Barrack Obama mengumumkan hal itu, Minggu (1/5/2011) malam waktu AS (Senin pagi WIB), dalam sebuah pidato di televisi yang disiarkan secara langsung.

Osama dituduh berada di balik serangan teroris terhadap menara kembar World Trade Center di New York dan Pentagon pada 11 September 2001 di Amerika Serikat yang menewaskan sedikitnya 3.000 orang. AS telah memburu gembong teroris Arab Saudi itu selama bertahun-tahun dan perburuan itu berakhir di Pakistan.

Setelah perang dingin selesai, Amerika yang menempatkan diri sebagai polisi dunia tidak mempunyai saingan. Dengan kebesarannya, dunia seakan terpengaruh untuk menuruti kehendaknya. Tetapi sejak Osama dengan Al-Qaeda menyatakan AS serta sekutunya sebagai musuh, ketenangan Amerika telah terusik, dimanapun mereka berada.

Serangan demi serang dilakukan Al-Qaeda. Serangan yang mengejutkan dan tak terkirakan terjadi saat menara kebanggaan AS, WTC runtuh dalam sebuah serangan kamikaze. Demikian juga Pentagon sebagai Markas kebanggaan militer AS sempat diserang dengan pesawat sipil yang berkamikaze. Selain itu beberapa obyek vital AS yang berada diluar AS telah diserang dan di bom.

Peperangan antara AS dan Al-Qaeda juga menggunakan Indonesia sebagai palagan tempur. Masih beruntung pemerintah Indonesia dengan sigap langsung ikut menangani dan menggembosi ulah Jamaah Islamiyah, jaringan Al-Qaeda. Tidak bisa dibayangkan apabila pemerintah tidak cepat mengantisipasinya, dan  Amerika dengan sekutunya melakukan preemtive strike ke Indonesia. Seperti yang terjadi di Afghanistan, Somalia, Pakistan, Irak Libya. Siapa yang mampu menahan mereka?

Serangan teror bom yang dilakukan oleh jaringan yang berkait dengan Al-Qaeda ditandai dengan target yang berbau AS dan sekutunya, terjadi  beruntun di cafe Kuta Bali (12 Oktober 2002), hotel JW Marriott (5 Agustus 2003), Kedutaan Besar Australia Jakarta (9 September 2004), kembali di Bali-2 (1 Oktober 2005), dan terakhir pemboman hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta (17 Juli 2009).

Kini mari kita bahas tentang Osama, Al-Qaeda dan akar permusuhannya dengan AS. Osama mendirikan Al-Qaeda (Qa'idat Al Jihad), dengan tujuan mendirikan Pan Islamic Caliphat diseluruh dunia. Osama bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan non muslim, membuang pengaruh Barat dari negara muslim. Demikian besar ketidak sukaan Osama kepada AS, dimana pada tahun 1998 dikeluarkan pamflet yang ditujukan kepada seluruh umat muslim agar membunuh warga negara AS dan sekutu mereka dimana saja.

Aksi Al Qaeda ditandai dengan membom hotel di Kenya, melakukan serangan di Kuwait, meruntuhkan menara kembar WTC, menyerang/membom Kedubes AS di Kenya dan Tanzania  mereka juga menyatakan mendukung bom Bali-1. Operasi Al-Qaeda didunia dilakukan oleh kelompok Ekstrim Islam Suni, Al-Gamia' al Islamiya, Islamic Movement, Harakat Al Mujahidden dam Jamaah Islamiyah.

Osama Bin Laden pernah  mengeluarkan fatwa, bahwa "AS dan Inggris telah membagi dunia menjadi dua wilayah, yang satu wilayah iman, dimana tidak ada kemunafikan. Kedua, wilayah kekufuran semoga kita terlindung daripadanya." Dari fatwa tersebut, kesannya AS adalah negara sebagai pusat penyembahan berhala. Tetapi gaungnya dinilai jauh  lebih besar lagi, budaya AS sebagai pusat penyembahan berhala, dan Osama mengatakan untuk menolak kehadiran AS di Jazirah Arab.

Osama juga menekankan bahwa para pemimpin negara arab dan pemimpin muslim dunia adalah orang munafik. Mereka yang pro kepada AS, terus takut dan bersembunyi dibelakang AS. Oleh karena itu maka Osama/Al-Qaeda ,dalam rancangan serangannya, selalu memaksa pemerintah untuk memilih, bersama musuh Tuhan penyembah berhala atau bersama pemeluk Agama yang benar (inilah doktrin hitam putih).

Al-Qaeda dikenal tumbuh dari gerakan keagamaan yaitu  Islam Salafiya (Al Salaf Al-Salih) yang berarti leluruh yang layak dimuliakan. Salafi yang radikal menganggap Islam yang dipraktekkan sebagian muslim tercemar oleh faham pemberhalaan. Mereka ingin melakukan reformasi. Memang tidak semua salafi melakukan pendekatan extrimis ala Osama atau Taliban. Mazhab Wahabi di Saudi, Ikhwanul Muslimin di Mesir dan kelompok besar organisasi keagamaan sukarela di dunia adalah Salafi. Mereka yakin bahwa kaum muslim telah menyimpang dari ajaran Tuhan dan harus segera di kembalikan dengan keadaan sejati sesuai dengan sunnah Rasul.

Dengan demikian maka para pengikut Al-Qaeda atau yang sudah meyakininya, merasa terikat dalam sebuah peperangan mati hidup melawan kaum kafir. Mereka merasa bahwa dunia tergantung kepada mereka. Mereka mengatakan bahwa peradaban Barat adalah perangkat kejahatan yang menyebarkan berhala dalam bentuk sekularisme. Mereka kemudian menelurkan gerakan politik fundamentalisme Islam yang menekan negara agar mau menerapkan syariah, karena menurut mereka syariah adalah perintah Allah yang tak terbantahkan bagi kaum muslim. Apabila penerapan tersebut gagal maka kaum muslim akan menyembah berhala.

Pemahaman Al-Qaeda tersebut pada intinya sejalan dengan keinginan kelompok Islam radikal yang menginginkan terciptanya Negara Islam Indonesia (NII). Negara Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya muslim. Ungkapan dari beberapa tokoh yang diduga terlibat teror juga mirip. Bahkan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dalam sidang terhadap dirinya mengatakan bahwa Presiden SBY kafir, karena sebagai pemimpin bangsa tidak bisa menerapkan Syariat Islam. Dalam konteks khusus ini penulis mempunyai saran agar Paspampers harus lebih hati-hati dalam mengamankan Presiden, karena penyebutan kafir adalah penegasan sebagai target dikalangan teroris.

Nah, pengaruh fatwa dari Osama tersebut telah mengontaminasi cara berfikir dan hati mereka-mereka yang selama ini telah terindoktrinasi agar menjadi mujahidin, berjuang dengan jihad dan siap untuk mati syahid. Itulah sebetulnya dasar pemikiran mereka yang terlibat teror. Jadi masalahnya adalah masalah keyakinan yang digelincirkan oleh para perekrut.

Oleh karena itu maka penanganan dan penyelesaian masalah teror di Indonesia adalah penyelesaian konflik bathiniah. Tanpa kita sadari, fatwa Osama  Bin Laden telah menyebar keseluruh dunia. Osama berasal dari budaya yang memperkuat rasa permusuhan, rasa tidak percaya  dan kebencian kepada Barat. Menurut Fareed Zakaria, masalahnya bukan Osama yang yakin, tapi  jutaan orang di negara-negara Islam dan negara yang berpenduduk mayoritas Islam setuju. Pemerintah dan elit politik di Indonesia harus lebih bijak  dalam membaca perkembangan terorisme ditanah air, karena dengan sistem demokrasi yang diadopsi dari Amerika/Barat, maka terdapat sebuah gap dengan mereka yang anti  Amerika dan fahamnya. Inilah sebuah akar permasalahan yang harus diselesaikan.

Sepeninggal Osama, faham yang sudah bertiup keseluruh dunia nampaknya tidak akan padam begitu saja. Kini menjadi tugas berat  bagi opemerintah serta seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menuntaskan kasus terorisme sebelum dia membesar menjadi kelompok bersenjata terorganisir seperti di Philipina Selatan dan Thailand Selatan.

Ilustrasi : Obama dan Osama (Tribunews.com)

 
This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.