Anas For President 2014 ? Catatan Pray Akhir Tahun 2010.
31 December 2010 | 11:49 am | Dilihat : 374
Kalau kita menyebut Anas, maka dunia politik Indonesia akan mengerti bahwa yang dimaksud adalah Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat. Kenapa penulis menyebut Anas for president 2014, pasti ada alasan-alasan dengan pertimbangan kacamata intelijen, karena hanya itulah kebisaannya. Nah mari kita ikuti salah satu calon pemimpin bangsa ini yang memang sedang bersiap menyongsong cerahnya peluang kesempatan bagi generasi muda pada pilpres 2014.
Dalam dunia intelijen ada sebuah kegiatan yang disebut spotting, yaitu pengamatan dan penelitian terhadap anak bangsa yang menonjol dan dipersiapkan untuk memimpin begara besar ini. Badan intelijen negara maju selalu melakukan kegiatan ini. Pada Era kepemimpinan TNI dibawah Jenderal TNI LB Moerdani (alm), nampak telah dipersiapkan sebuah sekolah khusus yaitu Taruna Nusantara di Magelang. Sekolah ini dirancang untuk mendidik para siswa SMA agar menjadi kader bangsa yang sejak awal telah ditanamkan rasa cinta tanah air, bela negara dan menjadi insan yang cerdas, bertanggung jawab, disiplin dibekali dengan mental yang tangguh. Kini alumnus SMA tersebut telah menyebar baik dikalangan TNI, Universitas dan perofesional.
Apabila program dasar pemikiran dari Pak Benny tersebut dilanjutkan, maka diharapkan dalam 5-10 tahun mendatang Indonesia akan mempunyai kader bangsa yang faham dengan arti bela negara, cinta tanah air diatas rata-rata. Mereka yang sudah agak senior semestinta dispot, diarahkan untuk menjadi tokoh-tokoh panutan dinegara ini. Tapi entahlah apakah program hebat ini yang dibawah Kemenhan tetap terus dilanjutkan?.
Nah, penulis mencoba melakukan kegiatan spotting terhadap calon pemimpin pada bangsa Indonesia. Penulis sedang melakukan penelitian terhadap para calon-calon tersebut. Semoga bisa terbit menjadi sebuah buku dengan judul Intelligence Estimate 2014.
Melihat sejarah dua kali pemilu dan pilpres dimana pasangan presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat, maka suara rakyat disini menjadi sangat menentukan. Pasangan calon akan diajukan oleh parpol atau gabungan parpol yang lolos dari saringan parliamentary treshold (PT). Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008, pengajuan pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilihan Umum Anggota DPR yang memperoleh minimal 20% dari jumlah kursi DPR atau 25% dari jumlah suara sah nasional. Ini dengan dasar aturan PT sebesar 2,5 persen. Nah pada pemilu 2014 kemungkinan Parpol papan atas akan mengajukan PT menjadi 5 persen.
Pada pilpres 2009, dengan dasar UU 42 tersebut, yang mampu mengajukan capres dan wapres hanya tiga Parpol saja, yaitu PDIP-Partai Gerindra, didukung tujuh partai gurem, Partai Demokrat dengan PKS, PAN, PPP, PKB dan 18 parpol gurem, serta Partai Golkar dan Partai Hanura. Nah apabila PT pada pemilu 2014 dinaikkan menjadi 5 persen, tanpa mengecilkan arti parpol, secara realistis secara kasar kemungkinan hanya lima parpol yang akan lolos dari jeratan PT, yaitu Partai Demokrat, PDIP, Partai Golkar, PKS dan PAN. Dari kelima parpol tersebut hanya dua atau tiga parpol yang sesuai UU dapat mengajukan pasangan capres dan cawapres. Mari kita lihat.
Apabila melihat pilpres yang lalu, yang diajukan parpol adalah para ketua partai atau ketua dewan pertimbangannya. Untuk 2014, Partai Golkar terlihat sudah dapat dipastikan akan mengusung Sang Ketua Parpol (Aburizal Bakrie), PDIP bisa mengajukan Ketua Umumnya (Megawati) atau mengusung tokoh mudanya (Puan?), sementara berita besar di Partai Demokrat, ada yang mengatakan Ibu Ani Yudhoyono, Letjen Eddy Pramono, tapi itu hanya berita semu yang belum resmi. Nah, pada Partai Demokrat ada yang melupakan Ketua Umum Partainya, Anas Urbaningrum. Anas yang dilahirkan di Blitar 15 Juli 1969 adalah salah satu politisi yang cukup syarat dengan pengalaman berpolitik dan berorganisasi.
Kini dengan jabatan Ketua Umum Parpol, Anas mulai melakukan safari kedaerah-daerah, menemui kader, simpatisannya. Tidak ada waktu luang bagi pria muda yang energik ini, dengan tanpa mengenal lelah, pelosok terjauhpun di Indonesia disentuhnya dengan pidato simpatik dalam rangka memperkenalkan diri dan membangun citra. Anas memang dikenal sebagai figur yang cerdas dan berpenampilan kalem. Walau kalem, dalam berbagai forum ia bisa galak. Kolomnis sejumlah media dan Direktur Komunitas untuk Transformasi Sosial (Katalis), ini juga piawai beretorika baik lisan maupun tulisan, suatu hal yang jarang ditemukan pada orang seusianya.
Pemilu, dalam pandangan Ketua DPP Partai Demokrat, mantan Ketua Umum PB HMI periode 1997-1999 dan mantan Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), ini adalah sebuah kompetisi berbagai kekuatan politik. Karena Pemilu harus membuka peluang terjadinya kompetisi yang fair dan transparan. kontestan Pemilu memiliki kesempatan dan peluang yang sama, untuk mengekspresikan ideologi politik masing masing. Melalui mekanisme itu akan terjadi proses belajar antara satu kontestan dengan kontestan yang lain, serta terbangun pluralisme politik. "Rakyat yang akhirnya akan memberikan penilaian. Sebab rakyatlah juri yang paling adil," katanya.
Nah, safari politik yang dilakukannya tiap minggu apakah bisa dilawan oleh tokoh-tokoh tua? Apakah Aburizal dan Megawati juga bisa menandingi stamina pria muda ini? Inilah sisi positif kelebihan Anas. Pria ini walau baru beberapa tahun bergabung ke Partai Demokrat telah mampu melakukan gerak politik tak terduga, dia mampu mendudukan dirinya menjadi Ketua Umum Partai terbesar di Indonesia tersebut. Bahkan kabar burung menyebutkan bahwa sebetulnya bukan dia yang diharapkan, tapi strategi sapit urangnya mampu meruntuhkan dua tokoh lainnya, Marzuki Ali dan Andi Malarengeng.
Kenapa Anas kini bergerak tanpa mengenal lelah? Penulis yakin bahwa diapun menyadari bahwa budaya politik paternalistik masih sangat kental di Indonesi. Siapa mau jadi pemimpin nasional maka dia harus menjadi patron dikalangan konstituen. Ini yang menjadi 'handicap' baginya dalam persaingan pada 2014. Masalah kedua yang harus dihadapi adalah kemampuannya meyakinkan Ketua Dewan Pertimbangan, bahwa memang dia yang berpotensi besar akan menang, dan jelas dengan bargaining tertentu mestinya. Terus siapa lawan politik Anas? Pesaing utamanya adalah calon PDIP, khususnya apabila kembali Megawati turun gelanggang. Kalau Aburizal? Nampaknya peluang Bang Ical tidak sebaik Mega.
Penulis beberapa kali disanggah saat mengatakan bahwa Mega sangat berpeluang menang pada Pilpres 2014. Hitungannya sederhana saja, rakyat Indonesia juga sederhana berfikirnya bukan?. Pada Pilpres 2004, Megawati kalah dari SBY pada putaran kedua, pada 2009 Megawati kalah dari SBY dalam satu putaran. Disini artinya dua kali Mega kalah dan menjadi juara dua bukan? Nah, pada 2014 nanti SBY sebagai juara satu jelas tidak ada, penulis berani mengatakan bahwa Mega yang akan naik peringkat jadi juara satu. Apakah pemilih SBY akan memilih pengganti SBY?, belum tentu dan kemungkinan tidak, karena dalam pemilihan langsung, konstituen akan memilih tokoh idolanya, bukan tokoh partai.
Jadi itulah hal prinsip yang harus dihitung oleh Anas. Megawati sudah menjadi patron kuat, anak Soekarno, jiwa konstituen PDIP yang sulit dilawan. Dalam sisa waktu 3,5 tahun, maka Anas kalau mau mencoba menang harus mampu menjadikan dirinya patron, tokoh panutan yang dipercaya, dinilai rakyat sebagai simbol, baik simbol pembaharuan dan simbol harapan. Hambatan lainnya, dia harus mampu menandingi performance Pak SBY sebagai tokoh panutan. Yang ini jelas lebih berat lagi. Jadi, bagaimana strategi terbaiknya. Partai Demokrat berkoalisi dengan PDIP, dengan catatan Mega menghendaki. Mungkin Anas tidak jadi Presiden, tapi paling tidak dia akan mendapat tempat terhormat sebagai 'Vice President of the Republic of Indonesia". Bukankah impian politisi yang tertinggi adalah presiden atau wakil presiden?. Jalan masih panjang dan berat bagi Anas, tapi inilah salah satu upaya tokoh muda yang realistis.
Inilah sekedar coretan sederhana Pray diakhir tahun 2010, semoga ada manfaatnya bagi para pembaca sekalian, memang datanya tidak terlalu detail, karena nanti akan coba diuraikan dalam buku yang sedang coba disusun. Selamat Tahun Baru 2011, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi Bangsa Indonesia tercinta, sehingga tercapai cita-cita kita bersama adil, makmur, dan sejahtera. Amin
PRAYITNO RAMELAN, Yang selalu mencintai Indonesia.
Sumber: http://politik.kompasiana.com/2010/12/31/anas-for-president-2014-catatan-pray-akhir-tahun-2010/ (Dibaca : 850 kali)