Mungkinkah Teroris Melakukan Pembajakan Pesawat?
24 September 2010 | 2:13 pm | Dilihat : 194
Setelah sekelompok orang bersenjata menyerang Polsek Hamparan Perak, Sumatera Utara, Rabu (22/09/2010) yang menewaskan tiga personil kepolisian, aksi tersebut telah mengundang reaksi keras dari pimpinan negara. Negara tidak boleh kalah dengan penjahat dan teroris, itu yang kini menjadi tagline bersama. Nah, penulis mengajak pembaca untuk sedikit mencermati kasus terorisme yang menonjol beberapa waktu terakhir.
Pada saat Rabu dini hari setelah penyerangan ke Polsek Hamparan, penulis telah diundang menjadi salah satu narasumber pada acara Apa Kabar Indonesia Pagi dan kemudian pada Apa Kabar Indonesia Petang di TV One. Pembicaraan menjadi berkembang karena serangan berani mati tersebut. Tiga personil Polri langsung ditembak ditempat oleh kelompok tersebut tanpa mereka berbicara apa-apa. Dari proyektil peluru serta selongsong yang ditemukan, kaliber senjata, diperkirakan mereka menggunakan senapan serbu Ak dan M-16, dan SS-1 serta Pistol. Ini berarti para kelompok bersenjata tersebut yang merupakan bagian dari 33 orang dimana 19 telah tertangkap dan 3 diantaranya ditembak mati, seperti disebutkan Kapolri, adalah bagian dari teroris yang pernah ikut dalam latihan di Jantho Aceh dan kawasan Sinabung.
Dalam penyerangan tersebut, penulis menilai bahwa militansi teroris kelompok Sumut demikian tinggi karena dengan nekat telah melakukan penyerangan dan menembak mati tiga anggota Polri yang sedang melaksanakan tugas jaga. Dalam menjawab pertanyaan kenapa mereka menyerang polsek, penulis menyimpulkan bahwa mereka melakukan demo atas ditembak nya tiga orang anggota kelompoknya saat penyergapan tanggal 19 September lalu. Yang menjadi masalah adalah demo teroris berbeda dengan demo biasa yang hanya menggunakan batu dan kayu. Mereka membawa senjata dan mengeksekusi tiga polisi. Perkiraan lainya, mereka ingin menunjukkan bahwa kelompok teroris masih eksis, dan tindakan mereka paling tidak telah membangkitkan semangat baik kader aktif, pendukung aktif dan pasif serta simpatisan yang beberapa bulan terakhir terpaksa 'tiarap' karena terus ditekan dan diburu oleh Densus. Dalam kasus ini pemberitaan tidak terlalu mendunia lebih nasional sifatnya.
Pada saat menjawab pertanyaan presenter TV One, kira-kira apa langkah mereka selanjutnya? Yang bisa diperkirakan adalah seperti teori teror, yang memiliki bentuk-bentuk kegiatan dengan penggunaan atau cara mengancam, pemerasan, agitasi, fitnah, pengeboman, penghancuran, penculikan, intimidasi, perkosaaan dan pembunuhan. Langkah lain yang menjadi kegemaran kelompok teror sebelum penghancuran dengan bom bunuh diri adalah pembajakan pesawat.
Pembajakan pesawat atau Hi Jacking sangat dikenal dan mudah dipergunakan untuk melakukan penekanan terhadap sebuah pemerintahan dan terakhir dikenal sebagai sarana penghancuran. Mereka yang menguasai pesawat terbang, beritanya akan sangat meluas, mereka bisa mendapat keuntungan pemberitaan, penekanan kepada pemerintah, uang dan bahkan pelepasan teman-temannya yang dipenjara. Pembajakan pesawat yang sangat terkenal adalah saat pesawat Garuda dibajak oleh kelompok Ali Imron pada tanggal 28 Maret 1981 di Palembang saat transit dari Jakarta menuju ke Medan. Mereka membawa pesawat ke Don Muang di Thailand dan akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh pasukan khusus Kopasandha (Kopassus). Kejadian pembajakan tersebut terjadi hanya 17 hari setelah Polsek Cicendo di Bandung diserbu (tangal 11 Maret 1981) dan mengakibatkan empat anggota Polisi tewas.
Nah, patern ini yang menurut penulis penulis sangat perlu diwaspadai oleh aparat keamanan. Berita pembajakan akan menjadi berita besar di dunia, karena mereka ingin adanya pemberitaan tersebut. Menurut Major General Mohindra (Ret) dalam bukunya Terrorist Games Nations Play menyebutkan bahwa diantaranya eskalasi teroris adalah "Demonstrasi atau Kontra Demonstrasi." Serangan teroris dilakukan untuk menarik perhatian media massa dengan tujuan untuk memberikan kesan bahwa pemerintahan yang sedang berkuasa sudah tidak kredibel. Jadi langkah menonjol setelah bom bunuh diri yang menonjol, efektif dan efisien adalah tindakan pembajakan pesawat. Oleh karena itu kita sangat perlu waspada dan lebih cerdik dari teroris bukan?
Oleh karena itu, sudah waktunya kita perlu mewaspadai kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Teroris akan menetapkan beberapa target sekaligus dan akan memutuskan target mana yang paling mudah diserang dan mendapatkan hasil optimal. Intelijen sebaiknya berfikir 'worst condition', kemungkinan terburuk yang diperkirakan akan terjadi, maksudnya apabila yang terburuk tersebut dipilih oleh teroris, aparat keamanan sudah siap menetralisir dan bahkan meniadakan ancaman.
Demikian sedikit masukan dan pemikiran yang mungkin ada manfaatnya bagi para pembaca. Diakui memang sulit menyelesaikan masalah teroris yang sudah terjadi disebuah negara. Dimana ibarat sebuah pohon, walau cabang dan ranting sudah dipangkas, selama akar dan batangnya masih ada, maka pohon tersebut akan tumbuh kembali atau dalam kaitan teroris, mereka akan dapat terus beregenerasi. Menyelesaikannya harus mencabut pohon dan akarnya. Semoga bermanfaat.
PRAYITNO RAMELAN, Kompasiana Blogger.
Sumber: http://hankam.kompasiana.com/2010/09/24/mungkinkah-teroris-melakukan-pembajakan-pesawat/ (Dibaca : 1344 kali)