Menjawab Mariska Dan Ngocolerianya ASA
8 December 2009 | 4:04 pm | Dilihat : 155
Setelah launching buku pada hari Sabtu kemarin, begitu sampai dirumah badan terasa demikian letih, "rentek" kata Uti itu. Tak terasa proses penyelesaian sebuah buku hingga peluncuran yang memakan waktu sebulan secara aktif benar-benar memakan enersi yang bukan main. Sejak malam minggu hingga Senin malam kepala "nyut-nyut," capek sekali, disarankan oleh Kompasianer Yuliasih supaya minum jahe katanya... hehehe...agak mendingan sekarang ni para sohib. Dalam kondisi letih, dengan sangat dipaksakan dibuat tulisan tentang polemik Bank Century, ini masalah tanggung jawab menulis atau melihat momen penting. Entahlah, pokoknya sudah jadi, walau di marahi Uti. Ternyata dalam 2 hari posting yang membaca hingga artikel ini dibuat berjumlah 1886 dengan total tanggapan 123 (artinya 63 orang menanggapi). Alhamdulillah, kalau pembaca berkenan membacanya, karena prinsip dasar pembuatan artikel tadi adalah mencoba memberikan opini "indie" dalam pergulatan politik terkini. Artinya ada manfaatnya untuk orang banyak.
Nah, begitu membuka kompasiana, walau mata tua ini masih agak pedas...melihat tulisan my friend Mariska di halaman profile "Pak Pray, dengan amat sangat tolong bantu kami...," aduh, ada apa ini, pikiran berjalan. Ternyata Mariska membuat artikel dengan judul "Hargailah niat baik kompasianer." Ternyata tulisannya berkenaan dengan tulisan Nurullah dan Iskandar Jet, yang menyentil masalah ngocol itu. Nah, setelah tadi membeberkan (maksudnya membuka) peluncuran buku Intelijen Bertawaf (iklan sedikit, buku baru akan ada di toko buku Gramedia Jakarta Rabu ,9/12, yang diluar Jawa minggu depan), saya ingin mencoba berbagi dengan kekisruhan pandangan antara Admin-Ngocoleria.
Mari kita bahas, direnungkan dengan kepala dingin, hati terserah, tergantung sikon. Dalam membahas masalah ini, penulis statusnya sama seperti Kompasianers lainnya, sebagai blogger yang indekos juga. Tidak ada istimewanya, hanya karena pernah menyarankan public blog, kemudian diangkat sebagai Bapak Blogger Kompasiana oleh Kompas.com. Keren juga, tapi kok jadi besar tanggung jawabnya ya? Tidak apa-apa, namanya juga bergaul. Penulis mengenal Andy Syukri Amal (ASA) sebagai sosok yang ramah, gagah, mantan wartawan, pintar, selain di Kompasiana juga berteman di Face Book...bagi pembaca yang belum Add, silahkan add...maksudnya ya ke penulis, tapi boleh juga kokke ASA. Sepanjang yang penulis perhatikan ASA ini mempunyai kemampuan bergaul dengan baik menyapa, dan bahkan demikian seriusnya berhubungan japri dengan beberapa kompasianer. Boleh-boleh saja sih, namanya juga membangun pertemanan. Nah, dalam pergaulannya, kemudian terbentuklah komunitas yang dinamakannya negeri Ngocoleria, lengkap dengan pimpinan dan susunan kabinetnya segala. Memang kemampuannya bergaul diatas rata-rata. Semua takluk sama Andy yang satu ini. Semua bahagia.... bersama tertawa bahagia, kira-kira begitu.
Penulis sering mengikuti diskusi pada halaman beberapa penulis, diantaranya saat pecah perang antara Inge Hanum yang mengatakan yang ngocol nulisnya yang bener deh, bahkan ada kata "sampah" segala. Inge kemudian diserbu, ada Jimmo, Inge Inggris, Ken Arok, Hadi dan banyak lagi nama kompasianer. Eh ternyata kemudian Inge takluk dan menjadi salah satu anggota Ngocol juga, penulis sempat tersenyum geli membaca status Inge yang menunggu posisi permaisuri yang oleh Bagindangnya justru memilih Inge Inggris (lebih gengsi kali ASA ya?). Artinya apa, telah terbentuk sebuah grup yang disebut Negeri... Bahkan penulis sempat kaget pada suatu hari ada simbol negerinya itu, gambarnya bebek, kemudian diatas tertulis Negeri Ngocoleria, dibagian bawah tertulis Kompasiana. Pinter juga ASA ini, bahkan gambar profilenya disetting bisa berubah menjadi foto saudara tua.
Penulis kagum dengan para teman-temannya ASA, berdedikasi tingi, esprit de corps tinggi, kehebatannya suka melek sampai pagi, nulis dan nulis terus, macam-macam, ada yang nulis cerita sesama mereka, ada yang menulis nyerempet-nyerempet porno, pokoknya macem-macem deh. Tidak pernah kehabisan bahan ngocol. Dan tulisan yang muncul ternyata banyak digemari, kadang suka menjadi yang terpopuler. Mungkin disaat cuaca politik mendung, banyak yang suka membaca ngocol-ngocol begitu. Enak kan? Kata Mbah Surip, bikin panjang umur.
Nah kemudian muncullah reaksi dari Tim Admin, Nurulloh dan Iskandar Jet. Terlepas tulisan mereka dinilai saran atau kritik, jelas kemudian muncul reaksi balik dari yang merasa di sapa itu. Kasus berkepanjangan, dan memancing perdebatan yang kalau dibaca menjadi sulit di fahami, karena sudah pada emosi nampaknya. Kini, bagaimana menyikapi masalah ini? Saat ini yang namanya Admin yaitu Mas Pepih Nugraha serta penanggung jawab Kompasiana yaitu Direktur Kompas.com, Mas Vik (Taufik H. Miharja) sedang tidak ada ditempat. Mas Pepih sedang menunaikan ibadah Haji, baru akan kembali kira-kira akhir Desember. Semua yang saya sebut itu bekerja dibawah manajemen Kompas. Artinya mereka mempunyai tanggung jawab atas bagian masing-masing. Jadi Kompasiana bukan milik pribadi, ini sebuah blog percobaan, merupakan bagian dari sebuah jaringan bisnis. Kompasiana merupakan pengembangan dari Kompas.com, dimana disini diskusi menjadi lebih aktif dibandingkan bapaknya Kompas.com. Kakek kompasiana adalah ya SK Kompas itu. Hebatnya kalau kita bergabung di Kompasiana, maka link penulis ke penerbit terkenal Gramedia menjadi sangat dekat, ini salah satu kelebihan Kompasiana dibandingkan yang lain, tetapi yang sering tidak kita sadari.
Jadi, dalam kasus perbedaan pandangan, penulis melihat keduanya betul. Tim Admin karena tanggung jawabnya melihat...dan agak takut juga atas kehebatan para penulis ngocol itu, yang demikian semangat dalam menghasilkan tulisan. Tulisan ngocol membanjiri kompasiana terus menerus, beberapa bertengger diurutan terpopuler...Kalau dibiarkan, nampaknya ada kekhawatiran bisa-bisa nanti terbentuk opini dimasyarakat atau netters, kalau kompasiana adalah blog Humor, sedang bapak dan kakeknya serius, kan repot itu. Bagaimana mempertanggung jawabkannya, iya kan?. Nah, pastilah, tim admin membuat sentilan itu sesuai dengan tanggung jawabnya, sesuai dengan aturan, etika dan lain sebagainya. Kok, kompasiana jadi begini? Begitu? Disinilah mungkin tim admin menilainya. Saya yakin kalau kompasiana mendapat pengawasan dari kompas, dan kita tahu sekali lagi bahwa kompas adalah SK yang serius.
Hanya dalam masalah ini, anggaplah sentilan hanya sebagai sesuatu peringatan sesama warga indekosan, kebetulan Iskandar dan Nurulloh kan periuk belanganya disitu. Kompasiana ini bak rumah indekosan, kita yang indekos membayarnya pakai tulisan dan tanggapan. Oleh pengelola dibuat aturan, ini, itu dan sebagainya. Kemudian ada sebagian yang indekos memang tidak melanggar aturan yang dibuat, tetapi kalau tertawa rame-rame, sering dan demikian keras misalnya. Beberapa penghuni lainnya ada yang merasa terganggu, oleh pengurus di tegor deh. Kira-kira begitu. Terus bagaimana jalan keluarnya? Lebih baik sambil menunggu Admin pulang, dibatasi dulu deh rame-ramenya, tidak usah diperpanjang. Disini dibutuhkan rasa saling menghormati dan menghargai. Hindari tulisan saling mengancam, kan tidak ada untungnya. Pernah ada juga dahulu ada warga Kompasiana yang membuat resah warga lainnya, sukanya berkelahi, menjelek-jelekan orang lain, sukanya copas. Dia seorang yang top merkotop, akhirnya accountnya di delete oleh Admin, karena banyak yang protes dengan postingannya.
Jadi sekecil apapun tim admin itu, serendah apapun Iskandar, tolong jangan dihina deh. Dia orang yang sopan, baik dan bertanggung jawab, hanya masih muda seperti anda juga. Saran saya kepada tim Admin, kalau mau menegur, jangan terbuka, cukup ASA yang dipanggil bagindang itu (sekarang pake peci kebesaran tuh Andy), dihubungi Japri, sampaikan masalahnya. Toh memang itu adalah tugas dan wewenang dari Admin. Diskusikan, selanjutnya biar ASA yang mengatur para menteri virtualnya...trust me, akan beres deh. ASA pada foto tulisan Mariska katanya juga aktif memperkenalkan Kompasiana di Makassar sana. Ayo berdamai dahulu, katanya ASA akan menangis dengan airmata darah...jangan deh, sampai sebegitu sedihnya.
Jadi demikian ya Iskandar, ASA and his friend , saran saya, tidak usah diperpanjang lagi masalahnya. Kan kita katanya akan berteman di Kompasiana. Yang penting jangan "banyak" artinya jangan membuat tulisan ngocol terlalu banyak. Banyak pembaca yang menyempatkan diri mampir disini karena butuh untuk mendapatkan informasi, pendapat atau opini. Jadi tolong deh diatur keseimbangan antara tulisan yang serius dengan yang ngocol itu. Saya tolong titip masalah ini kepada ASA ya, mari kita jaga dan bantu mengatur agar rumah indekosan kita tetap bersih dan nyaman untuk ditinggali... Nah Mariska, saya kira begitu deh ya saran saya...yang sabar, jangan kesal, biasa ribut-ribut begini, seperti saya katakan dulu, Kompasiana memang sedang mencari bentuk. Saya mendengar kalau tulisan anda termasuk salah satu yang sudah dilirik penerbit, dianggap fokus, berbobot dan memiliki nilai jual. Sementara rekomendasi Admin mutlak bagi penerbit itu, jadi tidak usah deh kita ribut, kita berfikir yang positif saja. Kalau tulisan kita diterbitkan Kompasiana...wuiiih rasanya bahagia sekali, jadi blogger melayang..
Terima kasih Sabtu kemarin dengan kondisi pregnant 7 bulan masih mau menempuh 360 km untuk menghadiri peluncuran buku Old Soldier ini. Saya sangat menghargai dan menyukai pertemanan dengan anda yang demikian hangat. Salam ya untuk semuanya...waduh kok kepala jadi nyut-nyut lagi. Kepikiran mau bayar indekosan nih !
PRAYITNO RAMELAN, Sekali-kali ngocol juga sih.
Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/08/menjawab-mariska-dan-ngocolerianya-asa/ (Dibaca: 1919)