Pilpres Satu Atau Dua Putaran Sih?

9 June 2009 | 10:41 am | Dilihat : 168

Blog Kompasiana semakin hari semakin menarik, khususnya mendekati ajang pilpres. Ada empat kubu disini, pendukung Mega-Prabowo, pendukung SBY-Boediono, pendukung JK-Wiranto dan kelompok Independen. Beberapa postingan dan tanggapan agak berbau kontroversi, saling menonjolkan kelebihan calon yang didukungnya dan ada juga yang menjelekkan pasangan yang dianggap berseberangan. Dalam beberapa postingan, semangat dukung-mendukung adalah hal yang wajar, tetapi penanggap yang terdiri dari beragam blogger dan mereka yang baru saja menulis, kadang agak emosional dalam menyampaikan maksudnya. Inilah darah muda, yang penuh dengan semangat menggebu, yang kadang agak dikhawatirkan oleh beberapa blogger independen. Semoga para rekan blogger tetap berada dalam koridor yang ditetapkan oleh kompasiana, tidak tersentuh UU ITE deh ya...., itu saja harapan penulis. Mari kita lihat kondisi dunia politik dari sisi survei.

Topik yang teramai dibahas akhir-akhir ini adalah masalah survei LSI yang menyatakan pilpres satu putaran. Kekuatan SBY-Boediono dinyatakan menguasai panggung politik oleh  survei LSN dan LSI. Bahkan LSI tidak main-main mengeluarkan rilis SBY-Boediono mendapat dukungan 71%, Mega-Prabowo 16,4%, JK-Wiranto 6% ( survei dilakukan dari tanggal 25-30 Mei  2009).  Lembaga Survei Nasional yang melaksanakan survei tanggal 15 hingga 21 Mei 2009,  SBY-Boediono mendapat dukungan 67,1 %, Megawati-Prabowo 11,8 %  dan JK-Wiranto 6,7 %, 13 % responden belum punya pilihan, sedangkan 1,6 % akan golput.

LRI melakukan survei antara tanggal 3-7 Mei 2009 dengan hasil SBY-Boediono 32,1%, JK-Wiranto 27,3% dan Mega-Prabowo 20,2%. Kemudian LRI Minggu (7/6) kembali merilis hasil survei dengan hasil  SBY-Boediono 33,02 %,  JK-Wiranto 29,29 % dan Mega-Prabowo 20,09 %. LP3ES Senin (8/6) mengeluarkan rilis dan menyampaikan sebuah hasil survei yang dilakukan tanggal 3-4 Juni 2009 dengan hasil SBY-Boediono unggul dikisaran 54,9%, Megawati-Prabowo 9,7% dan JK-Wiranto 6,8%, sebanyak 27% responden belum menentukan pilihannya. Dikatakan oleh Kepala Divisi Penelitian LP3ES bahwa "figur" penentu pilihan masyarakat ternyata tidak selalu jatuh di capresnya.  SBY, JK dan Prabowo dianggap sebagai tokoh kunci, dibanding Boediono, Wiranto dan Megawati.

Dari beberapa hasil survei tersebut, terlihat perbedaan hasil survei, khususnya antara LSI dengan LRI. LSI sebagai pelaku survei yang dibiayai oleh Fox Indonesia, konsultan politik dari pasangan SBY-Boediono meyakini bahwa pilpres akan berlangsung satu putaran. Sementara  Lembaga Riset Indonesia (LRI)  adalah organisasi sayap dalam tim sukses pasangan JK-Wiranto (Kompas.Com 7/6), sangat yakin Pemilu Presiden mendatang akan berlangsung dua putaran. "Saya jamin hal itu," kata Presiden Direktur LRI Johan Silalahi saat jumpa pers Survei Nasional Polling Presiden di Jakarta, Minggu (7/6).

Dalam melihat kondisi politik tersebut, terlihat sebuah strategi yang matang dari Kubu SBY-Boediono. Tim kampanye SBY-Boediono dinilai yang paling lengkap mengemas dengan pola sebuah kampanye modern. Dengan didukung konsultan profesional, Fox Indonesia, tim dari capres SBY-Boediono dianggap punya segala-segalanya. Konsultan ini banyak mengambil pola kampanye dan strategi dari kemenangan Obama. Saat deklarasi dilakukan dikota Bandung dengan megah, pendukung yang hadirpun dibekali dengan spanduk SBY-Yes, Vote-SBY, mempunyai kemiripan dengan deklarasi Obama. Tanpa disadari apabila "gaya" kampanye seperti ini diteruskan, akan menggambarkan kubu ini kebarat-baratan, yang akan menurunkan simpati masyarakat yang agak anti Barat. Gaya ini sangat berbeda dengan gaya pasangan Megawati-Prabowo yang mencoba membuktikan dirinya bahwa mereka dekat dengan rakyat kecil, rakyat miskin...kampanye dilakukan ditempat pembuangan sampah.

Pertanyaannya, apakah gaya-gaya demikian akan menyebabkan kemenangan?. Belum tentu, karena ada faktor yang jauh lebih penting bagi pasangan dalam menarik hati konstituen. Penulis pada tanggal 4 Maret 2009 bertemu dengan Roger Fisk, National Director of Special Events Barrack Obama’s Presidential Campaign pada sebuah seminar dengan tema  ”Change come to Jakarta”. Roger Fisk menyampaikan bahwa pada tahun 2007 hanya empat orang yang yakin Obama bisa memenangkan persaingan Presiden AS. Ternyata dengan strateginya, Fisk mampu mendudukkan Obama menjadi orang nomor satu dinegara adi daya tersebut. Fisk mampu meyakinkan bahwa Obama akan mampu membawa perubahan bagi bangsa AS yang sedang mengalami krisis. Bagaimana  pada pilpres Indonesia?

Kini, nampak sebuah upaya dalam meyakinkan masyarakat bahwa pemilu hanya akan satu putaran saja. Beberapa lembaga survei merilis hasilnya dimana pasangan SBY-Boediono selalu unggul dalam beberapa survei baik Lembaga yang disewa pasangan SBY-Boediono (LSI), serta lembaga survei lainnya seperti LSN, LP3ES dan LRI. Sapri, Salah seorang penanggap ulasan penulis pernah mengutarakan tentang "bandwagon effect" dalam kaitan kasus survei LSI tersebut. Secara teori Bandwagon effect dapat didefinisikan sebagai kecenderungan orang-orang melakukan atau mempercayai sesuatu karena mayoritas orang melakukan atau mempercayai hal itu.  Keyakinan umum tersebut, walaupun belum tentu benar menurut Roger Fisk adalah sebuah strategi yang sangat manjur dalam meyakinkan konstituen. Insan intelijen biasa menyebutnya sebagai "conditioning", dimana target akan dipengaruhi agar mau berfikir dan berbuat seperti apa yang dikehendaki oleh "handler" tadi. Sebetulnya target utamanya adalah masa mengambang yang belum menentukan pilihan, tetapi dapat juga sasarannya adalah simpatisan lawan politiknya.

Kini "counter" sudah dilakukan melalui LRI, yang menekankan bahwa selisih elektabilitas pasangan SBY-Boediono dengan JK-Wiranto hanya sekitar 4%, walaupun masih tetap kalah, harapan menang masih ada. Upaya yakin meyakinkan inilah sebetulnya salah satu kunci kemenangan dalam pilpres nanti. Apabila kubu JK-Win dan Mega-Pro kurang waspada maka pilpres diperkirakan akan berlangsung satu putaran. Apabila counter berhasil dan pilpres dua putaran, maka pasangan SBY-Boediono bisa menghadapi bahaya. Kedua pasangan lawan politiknya jelas akan bersatu. Yang lebih berbahaya, konstituen pendukung SBY-Boediono menjadi turun keyakinannya, jadi kurang percaya karena selama ini diyakinkan pasangan ini "sangat digdaya" dan bahwa pilpres akan berjalan satu putaran. Itulah bahayanya penerapan ilmu intelijen "conditioning", sekali gagal menyelesaikan sasaran, justru bisa memukul sipembuat rencana itu sendiri. Kira-kira demikian sebuah ulasan tentang pentingnya arti pilpres satu atau dua putaran. Satu atau dua putaran sih?...kita tunggu para upaya team sukses itu berkiprah, nanti kita bahas lagi. Semoga bermanfaat.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana

Sumber: http://umum.kompasiana.com/2009/06/09/pilpres-satu-atau-dua-putaran-sih/ (Dibaca: 948 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.