Persaingan Antara SBY dan Prabowo

25 March 2009 | 9:53 pm | Dilihat : 128

Lembaga Survei Nasional pimpinan Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry pada Rabu (25/3) merilis sebuah hasil survei yang dilakukan pada 5 - 15 Maret 2009 di 33 provinsi seluruh Indonesia. Survei melibatkan 1.230 responden yang diambil secara "multistage random sampling" dengan margin error 2,8% dan tingkat kepercayaan mencapai 95 %. Saat  responden ditanyai siapa presiden yang akan dipilih jika pilpres diadakan saat ini. Sebanyak 41,1% publik mengaku akan memilih SBY, sementara Megawati hanya mendapatkan dukungan 15,3 %. "Meskipun hingga kini Megawati masih menjadi rival utama SBY, namun peluang Mega untuk untuk mengalahkan SBY tampaknya semakin mustahil," kata Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry.

Sementara  Prabowo Subianto berada di urutan ketiga (10,2 %), Sri Sultan Hamengkubuwono X di urutan keempat (5,8 %), dan M Jusuf Kalla di urutan kelima (3,3 %). Sementara itu, capres Blok Perubahan Rizal Ramli yang dalam survei terdahulu tidak dapat masuk sepuluh besar, kini mampu menembus enam besar, dengan dukungan 3,2%, mengungguli Wiranto yang mendapat 1,5%. Sementara Hidayat Nur Wahid mendapat 1,2%, Sutiyoso 1%,  Sutrisno Bachir 0,5%, tokoh lainnya 1,2%, belum punya pilihan 10,5%, Golput 1,2%.

LSN memprediksikan, bahwa peluang Megawati akan sulit menyaingi elektabilitas SBY, dan justru capres-capres alternatiflah yang diperkirakan dapat menggoyang ketangguhan SBY. Namun capres yang berpeluang besar tersebut, kata LSN, adalah capres yang benar-benar punya visi perubahan yang tegas dan inspiring. Dikatakan selanjutnya "Meskipun tingkat elektabilitas capres alternatif seperti Prabowo, Rizal Ramli dan Sri Sultan HB X hingga saat ini belum menggembirakan, bukan berarti peluang mereka untuk mengalahkan SBY sudah tertutup. Dibandingkan Megawati, peluang capres alternatif untuk mengalahkan SBY justru makin terbuka," jelas Umar.

Karena itu, paparnya, jika para capres alternatif itu dapat secepatnya terkonsolidasi dan menemukan isu bersama (common issue) yang dahsyat, sangat mungkin mereka menjadi penantang serius buat SBY. Apalagi jika kondisi ekonomi terus memburuk, PHK terjadi di mana-mana, dan harga kebutuhan pokok melambung. "Bukan tidak mungkin capres alternatif mengalahkan SBY," katanya.

Kini yang tersisa seberapa besar peluang capres alternatif tersebut?. Melihat data yang ada, pada survei Maret 2009, elektabilitas Prabowo terlihat yang paling menonjol diantara beberapa capres unggulan yang ada. Pada survei beberapa lembaga survei antara Desember 2008 hingga Februari 2009, elektabilitas Prabowo hanya berkisar diantara 4-5%. Tetapi pada survei LSN bulan Maret ini elektabilitasnya bergerak pesat hingga mencapai 10,2%. Kenaikan signifikan tersebut merupakan bukti keampuhan strategi iklan yang setiap hari terus ditayangkan di media massa dan media elektronik. Seperti dikatakan Umar, capres alternatif akan mampu bersaing dengan SBY apabila mempunyai visi perubahan yang tegas dan "inspiring". Dari beberapa capres alternatif, maka capres yang memenuhi kriteria tersebut kini hanya Prabowo.

Ketangguhan SBY adalah kemampuan kepemimpinan, manajerial, kesantunan, performance, intelektual, kemampuan berdialog di pergaulan internasional yang didukung bahasa Inggris yang faseh. Kesemuanya itu membentuk sebuah kharisma. Sementara ini capres yang terlihat mampu menyaingi dan agak menonjol adalah Prabowo. Kelebihan Prabowo kini adalah sebagai capres yang sudah menyampaikan program-programnya, bagaimana memperbaiki kesejahteraan rakyat, mengefisienkan pengeluaran negara, membangun negara dengan basis pertanian. Kini yang mulai dihitung dan diperhatikan oleh pemilih adalah keseriusan dan ketegasan Prabowo dalam upaya mewujudkan niatnya untuk maju kepanggung persaingan capres.

Sebagai capres yang mencoba mendulang suara dari petani, nelayan, pedagang kecil, maka gagasan yang selalu disampaikan oleh Prabowo setiap hari suatu saat akan menjadi bahaya bagi posisi SBY. Inilah sebuah demonstrasi "conditioning" dengan sasaran akhir "let them think, let them decide".  Memang kini elektabilitas SBY masih jauh diatas Prabowo, tetapi dengan sisa waktu tiga bulan lebih, pembangunan citra dan opini Prabowo secara perlahan akan bisa menggigit elektabilitas SBY. Ada suatu yang dijual Prabowo, yaitu "perubahan", dimana SBY sebagai incumbent harus bertahan. Dalam ilmu pertempuran, serangan satu batalyon pasukan hanya akan dapat diimbangi oleh tiga batalyon pasukan yang bertahan. Artinya sebuah serangan Prabowo harus dipikirkan dan ditangkal oleh kubu SBY dengan kekuatan tiga kali lipat agar dapat mengimbangi. Kelebihan penyerang adalah karena inisiatif berada difihaknya. Ini berarti  SBY harus terus siap dan waspada, bertahan dengan energi yang sangat besar. Sudah waktunya kubu SBY untuk lebih memperhatikan manuver dan perkembangan strategi Prabowo, karena serangan iklannya disadari ataupun tidak adalah sebuah "silent revolution".

Dengan demikian maka besar kemungkinan akan sangat mungkin terjadi sebuah final persaingan antara dua mantan jenderal yang sama-sama tangguh dan masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri. Keberanian dan "ketegasan" Prabowo patut untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Anggaran iklannya yang mengalir bak air bah, mau tidak mau harus terus diantisipasi oleh SBY. Persaingan belum berakhir, tapi justru baru dimulai, karena elektabilitas Prabowo baru mulai naik dan berbahaya. Kita saksikan dua putra terbaik bangsa ini dalam mengatur strategi masing-masing, keduanya adalah alumnus pasukan khusus baret hijau dan yang lainnya mantan pasukan khusus baret merah. Selamat berjuang, semoga Allah memberi petunjuk dan perlindungan kepada anda berdua. Amin.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/03/25/persaingan-antara-sby-dan-prabowo/ (Dibaca: 4430 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.