Golkar Yang Mulai Bangkit
19 February 2009 | 8:03 am | Dilihat : 63
Tanggal 18 Februari kemarin merupakan tanggal penting bagi Partai Golkar yang melaksanakan Rapat Konsultasi Nasional (Rakonnas) dikantor DPP. Pada rapat tersebut terlihat para elit Golkar mencoba membangkitkan semangat para caleg DPR RI Golkar yang dalam beberapa waktu terakhir mengalami degradasi semangat sebagai akibat kekeliruan penyampaian pesan dari elit yang duduk di DPP.
Pada Rakonnas tersebut Ketua Umum Jusuf Kalla membantah telah terjadi perpecahan di Partai Golkar terkait wacana penjaringan calon presiden. Isu perpecahan berkembang pada saat JK sedang berada di Luar negeri, dimana DPP mengirimkan surat kepada DPD untuk mengajukan capres Golkar. Menanggapi surat soal surat edaran penjaringan capres yang hanya ditandatangani Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono, Kalla menilai itu sebagai hal yang wajar. Menurut JK, isi surat sudah menjadi kesepakatan bersama. “Sudah disepakati bersama dalam rapimnas dan rapat DPP terakhir sehingga lebih bersifat teknis, dan itu tidak masalah.Walau saya di luar negeri, tetap berkomunikasi dengan Wakil Ketua Umum dan Sekjen (Golkar).
JK juga mengklarifikasi bahwa dukungan sebagian elite partainya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tetap harus berdasarkan keputusan partai. Ia menyebutkan sangat aneh apabila ada yang menyebutkan dirinya mendekati SBY karena ingin menjadi pasangan lagi saat Pilpres. Sebab saat ini keduanya masih harus menjalankan tugas hingga delapan bulan mendatang. "Berbahaya jika SBY menjauh dari saya. Bisa-bisa negara ini tak ada yang ngurus," ujarnya.
Terkait capres Golkar, Agung Laksono mengatakan sudah mengirimkan surat penjaringan capres Golkar ke seluruh Dewan Pengurus Daerah (DPD) I dan DPD II. Surat ini meminta DPD menyampaikan nama capres hasil penjaringan daerah masing-masing. "Mereka akan mengembalikan paling lambat awal Maret. Setelah itu kita akan umumkan nama kandidatnya," ujarnya. Setelah mendapatkan nama tujuh kandidat dari DPD, pihaknya bakal melakukan survei terhadap calon-calon tersebut. Survei tersebut bakal dilakukan tak lama setelah nama itu diperoleh. "Jadi survei bakal dilakukan sebelum Pemilu Legislatif supaya waktunya tidak terlalu mepet," ujarnya. Setelah hasil survei diketahui, DPP segera menggelar Rapimnas untuk membahas hasil survei serta hasil perolehan suara dalam Pemilu. Rencananya rapimnas dilakukan sekitar akhir April 2009. "Di sana kita tentukan siapa yang bakal menjadi capres atau cawapres dari Golkar," ungkap Agung.
Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar Surya Paloh yang dinilai sebagai tokoh keras meminta elite Golkar tak mengumbar dukungan atas duet SBY-JK. “Jangan sampai ada kader yang jual murah. "Sedikit-sedikit harus SBY-JK, urusannya apa? Jangan karena ambisi pribadi, seperti ingin dicatat menteri atau sekedar menyenangkan Pak JK,” ujarnya. Dia mengatakan, jika Partai Golkar menjual murah dukungannya kepada capres tertentu, justru akan dipandang rendah oleh partai politik (parpol) lain. Golkar diakuinya dalam kondisi sulit, karena posisi Ketua Umum yang juga masih menjabat wapres "Masalahnya, itu semua adalah konsekuensi Ketua Umum Golkar menjadi wapres yang selalu seiya sekata dan senasib dengan presidennya sampai akhir jabatan. Karena ini dianut Ketua Umum kita, maka partai harus menanggung resikonya juga," katanya.
Partai Golkar masih optimis akan memperoleh suara yang cukup besar pada Pemilu Legislatif 2009. Golkar telah melakukan survei internal pada akhir Januari 2009 di sejumlah daerah pemilihan, disebutkan oleh Agung Laksono, Golkar mendapat 19,3% suara, Partai Demokrat 16,22% dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 14,28%. Agung membantah anggapan bahwa suara Golkar kemungkinan bakal turun jauh dibandingkan Pemilu 2004. Survei tersebut dilakukan di 77 daerah pemilihan dengan total sampel sebanyak 30.800 responden dan margin error 0,7%, lembaga yang melakukan survei yaitu Lembaga Survei Indonesia, Indo Barometer, dan Polling Center. Wasekjen DPP Golkar Rully Chaerul Azwar menyebutkan setidaknya ada lima provinsi yang kemungkinan besar sulit bagi Golkar untuk meraih kemenangan. Kelima provinsi itu yakni DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Kalimantan Tengah. "DKI terbilang sulit karena banyak swing voters. Sementara lainnya karena basis massanya dimiliki partai lain."
Partai Golkar mulai bangkit, itulah yang bisa kita katakan. Kini, terlihat bahwa para elit menjadi lebih tegas dan jelas dalam mengambil sikap. Para tokoh-tokohnya menjadi lebih rasional mencermati perkembangan dan dinamika politik yang bergerak cepat dan yang selalu menekan serta merugikan Golkar. JK sebagai Ketua Umum, dengan gayanya yang santai, tegas dan "to the point" terlihat masih mampu menguasai gejolak internalnya. JK lebih lugas dan "gamblang" menjelaskan posisinya terkait isu yang beredar dalam hubungannya dengan Presiden SBY dalam 8 bulan kedepan. Surya Paloh sebagai tokoh keraspun kini membela JK secara penuh, demikian juga Agung Laksono sebagai Wakil Ketua Umum terlihat lebih berani dan berada dibawah kontrol JK dalam menyampaikan strategi serta langkah-langkah taktis Golkar. Sementara penyampaian hasil survei secara sepihak oleh Agung kelihatannya lebih diarahkan untuk membesarkan semangat serta motivasi kader Golkar. DPP juga mulai mengungkapkan kelemahan Golkar pada daerah kekuasaan parpol lainnya.
Nah, ini baru Golkar sebagai parpol raksasa sejak 42 tahun yang mendominasi dunia perpolitikan Indonesia. Kenapa demikian, karena Golkar adalah partai besar dan berpengalaman, diharapkan sebagai salah satu parpol matang yang akan mampu mencetak kader-kader pemimpin bangsa ini dimasa depan. Karena itulah aturannya, calon pemimpin harus disiapkan dan dimatangkan melalui jalur politik, parpol, lembaga eksekutif, baru bisa diajukan sebagai pemimpin nasional. Kalau parpol besar hanya berisi elit-elit yang berhati kecil dan berfikir (maaf) oportunis, bagaimana akan tetap besar, dan apa yang bisa kita harapkan bagi bangsa ini?. Itulah Golkar yang mulai bangkit!!!
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/02/19/golkar-yang-mulai-bangkit/ (Dibaca: 463 kali)