Hampir Pecah Perang Golkar dan Demokrat!

11 February 2009 | 12:29 am | Dilihat : 70

Jawaban yang diberikan oleh Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum Partai Demokat kepada media massa, diantaranya Media Indonesia pada Minggu (8/2) telah mengundang reaksi keras dari Ketua Umum  dan petinggi partai Golkar sehingga SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat mengkhususkan diri membuat konperensi pers dikediaman pribadinya Cikeas, Selasa (10/2). Pernyataan Mubarok yang dilansir Harian Media Indonesia Senin (9/2) adalah "Kita sudah punya list. Daftar nama yang ada di kita ya yang banyak disebut-sebut itu." Mubarok menjelaskan tidak menutup kemungkinan posisi JK tergeser oleh nama lain. Lantaran prediksi perolehan suara Golkar yang akan mengalami penurunan pada Pemilu mendatang. Padahal Demokrat akan memilih nama pendamping SBY berdasarkan banyaknya perolehan suara partai. "Kalau Golkar nanti dapat suara cuma 2,5%, PKS 20%, Demokrat 20%, ya kita pasti pilih dari yang terbesar," ungkapnya.

Pernyataan bahwa Golkar akan mendapat suara 2,5% itulah yang mengundang reaksi keras dari Golkar. Ketua Umum Partai Demokrat Jusuf Kalla yang masih berada diluar negeri bereaksi keras atas pernyataan tersebut.  Juga Ketua Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Priyo Budi Santoso, organisasi underbow Partai Golongan Karya (Golkar) mewanti-wanti kalangan Istana dan Partai Demokrat.  "Jangan teman-teman Istana dan Demokrat memandang sebelah mata kekuatan kita. MKGR tidak akan rela jika ada yang merendahkan partai Golkar," tegas Ketua MKGR yang juga Ketua DPP Partai Golkar tersebut saat Ultah ke-49 MKGR di Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (10/2/2009) malam. Tapi syukurlah Pak SBY sebagai Ketua Dewan Pembina sudah menegur. Kami beri apresiasi langkah SBY itu. "Kalau tidak rencananya kami akan memberi pelajaran kepada mereka. Ratusan SMS dari caleg dan kader Golkar masuk ke saya. Mereka meminta saya sebagai Ketua Golkar untuk memberi pelajaran kepada Demokrat," tegasnya.

Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat SBY saat memberikan keterangan pada konperensi pers menyatakan telah memberikan teguran keras kepada wakil ketua umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok terkait penyataannya soal perolehan suara Partai Golkar pada pemilu 2009. SBY mengatakan "Saya sudah beri teguran. Teguran itu sanksi keras yang diberikan ke kader utama. Saya tidak lihat niat buruk dari  beliau, bisa saja slip of tongue, bisa tidak sadar membikin keruh suasana." Dalam kesempatan itu SBY didampingi Ketua Umum PD Hadi Utomo, ketua DPP Anas Urbaningrum, Sekjen Marzuki Ali dan ketua fraksi Syarif Hasan.

Selanjutnya SBY menyatakan bahwa hubungan partainya dengan Golkar tetap baik dan akan terus dijaga hingga akhir pemerintahan. "Hubungan kami baik. Tidak ada masalah yang fundamental yang mengganggu hubungan kami selama ini."Untuk menebus salah ucap anak buahnya ini, SBY siap bertemu JK secara langsung jika JK berada di tanah air. Pertemuan ini untuk mengklarifikasi pernyataan Ahmad Mubarok yang bernada melecehkan."Kalau seandainya Pak Jusuf Kalla ada di tanah air, malam ini mungkin saya akan segera bertemu untuk membahas masalah ini," kata SBY. Apakah hubungan Golkar dan Demokrat dapat dipertahankan? "Koalisi akan kita pertahankan hingga akhir. Kerja sama yang terjalin selama ini tetap bisa kita pertahankan," kata SBY. "Tidak boleh terjadi satu isu kecil mengganggu struktur hubungan kami dan kerja sama kami bagi rakyat," tegas SBY.

Kasus tersebut merupakan sebuah contoh bahwa pernyataan seorang politisi saat menjelang pemilu sangat perlu dijaga dan harus terukur. Sebuah pernyataan kecil dari seorang Wakil Ketua Umum partaipun yang ditayangkan oleh media massa akan membawa akibat yang tidak kecil, hingga dibutuhkan turun tangannya Ketua Umum Dewan Pembina Partai Demokrat yang saat ini juga masih menjabat sebagai Presiden. Effort yang tidak sederhana ini jelas memakan cukup banyak energi bagi SBY yang seharusnya tidak perlu terjadi. Yang sangat perlu disadari adalah para elit Demokrat dan Golkar seharusnya lebih menjaga dengan lebih berhati-hati hubungan koalisi kedua partai tersebut sebagai pendukung pemerintah   dimana tokohnya menjadi presiden dan wakil presiden.

Reaksi cepat SBY dalam menanggapi kasus tersebut kelihatannya selain untuk meredam timbulnya konflik serius Golkar dan Demokrat juga untuk menutup rasa kesalnya, karena baru saja SBY mengimbau agar kader partainya tetap santun dalam berpolitik. Sebuah kalimat sederhana hampir saja meruntuhkan kerjasama kedua partai. Persoalan ini kelihatannya belum tentu akan selesai begitu saja. Diperlukan kewaspadaan, karena  diperkirakan akan terus bergulir negatif dan bisa mengimbas ke  DPP, Ketua Umum dan bahkan bisa menjalar keakar rumput.

Apa pelajaran yang dapat dipetik?. Para elit dan politisi kiranya perlu lebih menjaga dan memikirkan baik buruknya setiap pernyataan yang dibuatnya. Akan lebih baik lagi apabila pernyataan parpol hanya melalui satu pintu, agar tidak bias. Seseorang yang baru saja terjun kedunia politik, dengan pengalaman yang kurang, jelas tidak memiliki apa yang disebut "sense of politics". Dalam situasi khusus mendekati pemilu, maka para elitpun juga setidaknya harus memiliki "sense of security" agar ulahnya benar-benar aman. Benar kata orang tua kita "Hati-hati dengan mulutmu, mulutmu adalah harimaumu, apabila engkau tidak hati-hati dengan mulutmu, maka harimaumu akan memakanmu". Semoga bermanfaat bagi para elit dan kader.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/02/11/hampir-pecah-perang-golkar-dan-demokrat/ (Dibaca: 719 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.