Keputusan SBY Yang Dinanti Golkar

4 February 2009 | 6:55 pm | Dilihat : 60

Tanggal 9 April 2009 merupakan tanggal penting bagi bangsa Indonesia yaitu akan dilaksanakan pesta demokrasi pemilu legislatif. Tanggal tersebut menjadi  penting sekali bagi Pak SBY yang kini masih menjabat sebagai Presiden dinegara besar ini. Dibawah kendalinya Partai Demokrat kemungkinan akan menjadi partai papan atas pada pemilu 2009. Entah bagaimana pemilu kali ini bertepatan dengan angka keberuntungan bagi SBY, angka 9 adalah angka yang berkait erat dengan takdirnya, beliau dilahirkan tanggal 9 bulan 9 tahun 1949, nah kalau pemilu dilaksanakan tanggal 9 bulan April 2009 maka ada dua  angka keberuntungan SBY yang akan sulit dilawan, yaitu tanggal 9 tahun 2009. Ini kan berkait dengan ramalan, tapi bukan itu masalahnya, yang akan dibahas adalah kemelut dan kegelisahan di Partai Golkar yang sangat tergantung kepada keputusan SBY.

Partai Golkar yang juara pertama pemilu 2004, juara kedua pemilu 1999, kini berada dalam ketidak pastian, belum jelas benar kini posisi partai besar ini, para elitnya tidak ada yang berani mengambil sikap. Semua pimpinan tertinggi partai rata-rata membisu, pendapat yang dikeluarkan masih parsial, tidak jelas dan bukan merupakan keputusan partai. Semua akhirnya bergerak sendiri-sendiri. Akbar Tanjung mantan Ketua Umumnya bergerak diluar sistem, Sultan bergerak sendiri mendeklarasikan diri sebagai Capres, beberapa tokohnya berusaha akan jadi Capres seperti Yuddy dan Marwah Daud. Kini muncul perseteruan serius antara Sultan dengan Ketua DPP Prof Muladi, selain itu Ketua Fraksi Golkar juga menyatakan  akan dibentuknya poros alternatif.

Apakah artinya ini?. Yang terlihat adalah, telah terjadi kerusakan sistem ditubuh Partai Golkar. Kini orang kurang percaya apabila Golkar nasih dikatakan sebuah partai yang  tetap "solid". Disaat yang sangat penting dalam menghadapi pemilu legislatif nanti, justru timbul wabah disintegrasi dan turunnya kepercayaan kader yang menyerang petinggi di DPP dan nampaknya masih dibiarkan.

Bagaimana dengan strategi Golkar sebenarnya?. Ataukan ini merupakan sebuah bagian dari Strategi dan taktik yang terselubung?. Menurut Wakil Sekjen Golkar Rully Chairul Azwar,  Golkar kini menyiapkan  tiga skenario utama, pertama Golkar akan tetap berkoalisi dengan Partai Demokrat. Kedua, Golkar akan berkoalisi dengan PDIP. Dan skenario ketiga, Golkar akan membentuk blok Alternatif (Blok A).

Sementara itu fungsionaris DPP Partai Golkar Yasril Ananta Baharuddin mengatakan bahwa Pengurus Golkar di daerah mulai tidak sabar dengan tidak adanya kepastian soal Pilpres 2009. Menurut Yasril, kepastian JK akan berduet dengan SBY sangat diperlukan sebelum Golkar melangkah lebih jauh. Hal ini akan berpengaruh kepada strategi dan taktik berkampanye. Menurutnya kini nasib politik Golkar menjadi tidak jelas. "Posisi Golkar seperti digantung atau disandera. Kondisi seperti ini tidak bisa diterima oleh pimpinan dan kader Golkar. Sebagai Partai besar, seharusnya Golkar-lah yang menentukan arah politik, bukan malah disetir dan dikendalikan orang lain" kata Yusril selanjutnya.

Jadi, semakin jelaslah bahwa memang Golkar sedang mengalami "keruwetan" diinternalnya. Kita kadang agak heran kenapa Golkar sebagai partai besar, berisi jawara-jawara politik, mantan menteri, tokoh nasional kini dilanda kebingungan. Kunci dari keruwetan Golkar adalah "keputusan". Yaitu keputusan Ketua Umumnya dalam menentukan sikap dan keberanian Golkar menghadapi pilpres 2009. Seharusnya JK memang segera mendapatkan kepastian dari  partnernya SBY akan terus atau pisah. Kedua JK sebaiknya menjelaskan kepada para tokoh partainya rencana strategis kedepan, alternatif-akternatif kebijakan yang akan ditempuh dalam setiap kondisi, agar para elitnya menjadi tenang dan tidak gelisah. Ini penting, karena kalau kondisi Golkar yang yang sedang terlanda "wabah disintegrasi" tetap dibiarkan, akan mengakibatkan perolehan suaranya dalam pemilu legislatif akan merosot. Para pimpinan daerah, kader dan simpatisannya akan tetap loyal kepada partai (DPP) apabila partai mampu memberikan "motivasi" kepada mereka. Yang terjadi justru sebaliknya, menjelang pemilu pimpinan DPP membiarkan keadaan tetap mengambang tanpa kepastian, kredibilitas DPP jelas dipastikan menurun.

Memang oleh beberapa orang, pilpres dinilai jauh lebih penting dibandingkan pemilu. Pilpres yang akan menghasilkan pasangan presiden dan wakil presiden akan menentukan jalannya pemerintahan sebuah negara. Disitulah berada segala-galanya, kekuasaan, jabatan, fasilitas, harga diri, kebanggaan dan uang. Siapa yang tidak tergiur oleh semuanya itu. Lihat saja kini, banyak yang justru lebih meributkan pilpres dibandingkan pemilu, pilpres dinilai jauh lebih berharga dan bermanfaat dibandingkan pemilu.

Mungkin disinilah terletak inti masalah Golkar.  Oleh karena itu kiranya perlu disadari oleh para elit Golkar, menempatkan pilpres sebagai sasaran utamanya justru akan bisa berakibat besar, yaitu menurunkan perolehan suaranya dalam pemilu dan juga akan semakin meluasnya wabah disintegrasi. Sebagai sebuah partai politik seharusnya sasaran utamanya adalah pemilu legislatif, perolehan suara yang banyak akan sangat berpengaruh dalam pilpres. Partai dengan perolehan suara yang kecil jelas tidak mempunyai  "bargaining position". Ini kiranya yang sangat perlu diingat kembali.

Apakah Golkar akan terus menunggu dan menunggu keputusan SBY? Jelas SBY akan mengeluarkan "fatwa" koalisi setelah pemilu "keramat" 9 April 2009, diperkirakan pada bulan Mei 2009. Kini terlihat tidak ada sedikitpun rasa takut SBY dan Demokrat sekalipun Golkar akan meninggalkannya. SBY sudah mampu menghitung perkiraan perolehan hasil suara pemilu dan masih tingginya elektabilitas dirinya. Sebagai partai besar, sudah waktunya Ketua Umum Golkar mengambil keputusan dan sikap dalam menghadapi kondisi ini.

Semakin ditunda, mungkin benar ramalan sebuah lembaga survei, PKS sebagai papan tengahpun akan mampu menyalipnya, yang tersisa nanti hanyalah penyesalan belaka. Sebuah keputusan bisa menghasilkan sesuatu yang baik ataupun mengakibatkan kerugian. Tetapi sebuah kerugian dan kekalahan yang sudah diperhitungkan akan jauh lebih terhormat dan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan kekalahan sebelum bertempur.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/02/04/keputusan-sby-yang-dinanti-golkar/ (Dibaca: 995 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.