Geliat PDIP, Demokrat Dan Golkar Pada Januari 2009

25 January 2009 | 4:22 pm | Dilihat : 109

Pemilu legislatif tersisa 73 hari lagi, suasana kampanye, persaingan popularitas, upaya mempengaruhi masyarakat sangat terasa, terutama pada masyarakat yang agak maju, karena persaingan lebih banyak dilakukan elit politik dikota-kota besar yang masyarakatnya agak peduli dengan rencana pesta demokrasi lima tahunan itu. Tapi bagi rakyat kecil dan masyarakat pedesaan, mereka kini masih disibukkan  dengan datangnya banjir, gagalnya panen dan tingginya harga sembako walau harga BBM sudah diturunkan.

Salah satu yang menarik perhatian dan mengundang  debat berkepanjangan adalah tayangan iklan Partai Demokrat di media massa tentang penurunan harga BBM yang disebutkannya sebagai kinerja Pak SBY. "Harga BBM Diturunkan!Diturunkan!Terimakasih Pak SBY! Itulah bunyinya.  Partai Golkar melalui Wakil Ketua Umum Agung Laksono menyindir iklan tersebut sebagai keberhasilan Partai Demokrat. Menurutnya klaim keberhasilan pemerintah yang dituangkan dalam iklan itu tidak pantas dilakukan Partai Demokrat, karena keberhasilan pemerintah saat ini tidak dicetak oleh Demokrat sendirian melainkan bersama-sama Partai Golkar.

Kritik juga diutarakan oleh Sekjen PDIP Pramono Anung, yang mengatakan bahwa iklan tersebut pelanggaran etika politik atau pollitically incorrect. Selanjutnya dikatakan kita harus jujur dan beretika agar demokrasi berjalan sehat. "Demokrasi yang sehat membutuhkan keteladanan pemimpin yng tidak mengklaim apa yang bukan menjadi prestasinya".

Menanggapi kritikan kepada Demokrat, Sekjen Partai Demorat Marzuki Ali mengatakan partainya tidak akan menghentikan iklan politik penurunan harga BBM tersebut. Marzuki menilai PDIP telah menerapkan standar ganda dalam isu BBM. Menanggapi kritikan Golkar dikatakan sejatinya seluruh partai yang tergabung dalam koalisi pemerintah punya hak untuk membuat iklan dengan mengklaim keberhasilan pemerintah. Dilain sisi Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo melirik sejumlah tokoh untuk dijadikan pendamping SBY. Ketua DPP Golkar Muladi mengingatkan agar tokoh Demokrat dan Golkar tidak membuat pernyataan yang berpotensi merusak hubungan SBY-JK.

PDIP terlihat terus  mengupayakan agar Sri Sultan dapat disandingkan dengan Megawati, antara keduanya telah dilangsungkan dua kali pertemuan, terakhir dikediaman Megawati di Menteng Jakarta. Sultan akan diundang pada Rekernas PDIP di Solo 27 Januari, dan Mega juga akan balik diundang ke Keraton Yogya.  Sultan  punya pandangan yang sama dengan Megawati  terutama soal kebangsaan, kemajemukan, pluralis, kebhinekaan dan ideologi Pancasila, kata Pramono Anung.

Beberapa tokoh Golkar, Ferry Mursyidan Baldan, Rully Chaerul Azwar, Achmad M Astari nampak keberatan apabila Sultan bergabung dengan PDIP. Nampak ada keinginan internal agar Sultan diusung Partai Golkar sendiri. Sementara Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla mulai turun kelapangan dengan mengunjungi pesantren Lirboyo dan Padang. Saat temu muka dengan kader Golkar DPD Kediri, JK mengajak massa Golkar untuk tidak memilih partai yang hanya berjanji menurunkan harga sembako. Karena mayoritas rakyat negeri ini berprofesi sebagai petani, kalau harga sembako diturunkan,yang menanggung risikonya petani.

Dari beberapa informasi tersebut, terlihat geliat yang semakin serius antara tiga partai yang diperkirakan berpeluang akan menjadi parpol papan atas pada pemilu 2009 nanti. Partai Demokrat melempar iklan penurunan BBM tiga kali yang seakan-akan itulah hasil kinerja SBY.  Kalau dilihat secara sepintas, iklan penurunan BBM tersebut sepertinya akan meningkatkan popularitas SBY. Tetapi ada satu hal yang agak dilupakan Demokrat, justru klaim penurunan BBM sebagai prestasi SBY bisa  berakibat negatif bagi SBY. Konstituen Demokrat dan Golkar segmennya sama yaitu dikelompok pemilih nasionalis, artinya Demokrat seharusnya berhati-hati dalam menjaga hati konstituennya yang belum tentu masif. Kekuatan SBY yang utama adalah "kejujuran", selama ini dibuktikan dengan tekadnya memberantas korupsi. Kejujuran disamping kekuatan sekaligus juga merupakan kerawanannya apabila tercederakan.

Kini iklan tersebut diserang oleh Golkar yang merupakan partnernya dan PDIP sebagai oposisi. PDIP menyerang dari sisi etika berpolitik, pembohongan publik dan  ketidak jujuran. Artinya yang diserang adalah "jantung" popularitas SBY. Penurunan tiga kali tidak merupakan prestasi yang mengejutkan bagi masyarakat, karena  diketahui penurunan disebabkan turunnya harga minyak dunia. Jadi ini dinilai bukan sebuah prestasi besar, hingga "gregetnya" kurang. Sebaiknya Partai Demokrat segera mengganti iklan tersebut dengan iklan lain yang lebih berbobot dan berisi nilai-nilai kejujuran SBY. Yang agak mengherankan, SBY hingga kini belum melakukan langkah politik yang berarti kecuali dengan iklan-iklan BBM dan Tahun Baru Imlek dari partainya, sedangkan wapresnyapun sudah mulai turun kelapangan.

Partai Golkar menyerang iklan tersebut lebih dari sisi kepentingan partai, bukan kepentingan koalisi pilpres. Terlihat dari ungkapan Ketua DPP Golkar Muladi yang menginginkan Demokrat dan Golkar tetap rukun agar tidak mengganggu keharmonisan pasangan SBY-JK. Hal yang seharusnya lebih penting diperhatikan  Golkar adalah semakin besarnya kemungkinan bersatunya Mega-Sultan. Kekhawatiran beberapa elit Golkar memberikan indikasi kalau Sultan memang ada "kelasnya". Sayangnya petinggi Golkar atau "decision maker" Golkar tetap kukuh akan membahas dengan mekanisme partai tentang penentuan capres-cawapres setelah pemilu legislatif.

Apabila Sultan pada rakernas PDIP 27 Januari nanti menyatakan bersedia menjadi cawapresnya Mega, maka diperkirakan suara Golkar akan semakin "tergerus", karena elektabilitas Sultan yang cukup tinggi dan besarnya pengaruh didaerah Jawa Tengah dan Yogyakarta baik dari kader Golkar ataupun pemilih biasa. Disamping itu Ketua Partai Demokrat Hadi Utomo juga mulai berjaga-jaga pecahnya "kongsi" dengan Golkar, dimana Demokrat  mulai juga melirik cawapres lainnya.

PDIP sebagai partai papan atas pada pemilu 1999 dan 2004 terlihat semakin "confident" menghadapi pemilu 2009. Langkah beraninya dalam mengusung dan mendeklarasikan Mega sebagai capres dan kemungkinan akan memutuskan cawapres pada rakernas di Solo menunjukkan strategi "satu langkah lebih maju" dibandingkan partai lainnya. Memang sangat menarik upaya elit PDIP dalam menghadapi "rival" utamanya SBY, yang kini mencoba menggagas kembali pertemuan Ciganjur dengan nama Ciganjur II. Sebaiknya Partai Demokrat lebih waspada dan berhati-hati, jangan terlalu percaya diri, kasus kegagalan percaya diri pernah terjadi saat Pilkada DKI, dimana PKS yang terlalu percaya diri dikeroyok banyak parpol, dan ternyata PKS akhirnya mengalami kekalahan.

Sebagai penutup membahas geliat politik Januari ini, Lembaga Survei IndoBarometer mengeluarkan hasil survei yang dilakukan tanggal 16-26 Desember 2008, dimana M Qodari menyampaikan bahwa sekitar 61,35% responden mengatakan cara pemberian suara yang benar pada pemilu 2009 dengan cara mencoblos. hanya 24,6% yang tahu memilih dengan memberi tanda contreng. Juga 60,8% responden masih memiliki pandangan memberi tanda pada gambar partai dan nama calon anggota DPR sekaligus, surat suaranya sah. Hanya 28,7% yang tahu kalau hal itu tidak sah. Hal ini dipandang jauh lebih penting dan harus segera ditangani KPU dan pemerintah apabila menginginkan pemilu legislatif nanti sukses. Untuk apa parpol dan capresnya hebat, sedang rakyat yang memiliki negara ini cara memilihpun tidak tahu. Begitu bukan?.

PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.

Sumber : http://umum.kompasiana.com/2009/01/25/geliat-pdip-demokrat-dan-golkar-pada-januari-2009/ (Dibaca: 1909 kali)

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.