LSN: Megabuwono Unggul Dari SBY-JK
27 December 2008 | 7:26 am | Dilihat : 62
Lembaga Survei Nasional (LSN) mengeluarkan press release pada Jumat (26/12) tentang perbandingan pasangan capres-cawapres antar kubu SBY dengan Megawati. Dalam jumpa pers tersebut Direktur LSN Umar S Bakry menyampaikan bahwa Survei yang dilakukan di 33 provinsi pada 10–20 Desember 2008 dengan jumlah sampel 1.225 orang yang dijaring melalui teknik multistage random sampling dengan wawancara langsung. Hasil penelitian ini memiliki margin error 2,8 % dan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) mengenai figur calon presiden (capres) masih menempatkan SBY di urutan teratas dengan 32,3 % jika pilpres dilakukan hari ini dan hanya diikuti 5 calon. Sementara, capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berada diposisi kedua dengan 29,4%, disusul Prabowo Subianto 13,2 %, Sri Sultan Hamengku Buwono X 11,2%, Wiranto 6,4 %.
Dalam survei tersebut disandingkan pasangan SBY-JK dengan pasangan alternatif antara Mega dengan tiga orang tokoh. Jika dihadapkan dengan pasangan Mega-Sultan, SBY-JK hanya memperoleh 39,1% dan Mega-Sultan unggul dengan dukungan responden sebesar 44, 8 %. Apabila dihadapkan dengan pasangan Mega-Wiranto, SBY-JK dipilih 40,9 % dan Mega-Wiranto memperoleh 42,3 %. Demikian halnya jika disandingkan dengan Mega-Prabowo, SBY-JK dipilih 40,7 %, tetap kalah dari pasangan Mega-Prabowo yang mendapat 42,5%. Bila Mega dipasangkan dengan Hidayat Nur Wahid akan mendapat 40,5%, SBY-JK unggul dengan 42,3%.
Selanjutnya dijelaskan oleh Umar bahwa Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memberikan efek negatif terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). JK dinilai sebagai simbol kegagalan SBY. Hal ini juga, dinilai Umar, berimbas pada posisi simpatisan partai Golkar yang menurun menjelang pemilu legislatif ini. "Jadi Golkar terkena imbas dari menurunnya popularitas JK. Meski hal ini selalu dibantah orang-orang Golkar," Alasan Umar menyebut JK sebagai simbol kegagalan SBY, adalah kesimpulan dari pertanyaan yang diberikan kepada responden yang kebanyakan merasa tidak puas dengan kinerja JK dan tetap memilih SBY." Kendati dibayangi kegagalan dibidang ekonomi yang menjadi beban JK, SBY masih punya nilai jual.
Umar menambahkan, posisi SBY relatif masih aman jika berdiri sendiri dalam kapasitas sebagai capres. "Jika dalam 2009 nanti, tokoh alternatif tidak lekas konsolidasi, Mega kemungkinan akan menjadi satu-satunya penantang incumbent," tukasnya.
Ketua Umum Golkar Jusuf Kall pada hari yang sama (26/12) memberikan keterangan pers di Media Lounge Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta menjelaskan bahwa minimnya kampanye dan promosi partai berlambang pohon beringin tersebut pada 2008 merupakan bagian dari rencana Golkar. ”Intinya all-out semuanya, Januari kami mulai. Kalau pada Desember Golkar hanya berjalan 60 km per jam, Januari harus jalan 90 km per jam,dan April nanti harus 100 km per jam, dari segala aspeknya, apakah itu aspek pencitraan maupun aspek sosial,”
Pihaknya menghargai seluruh hasil survei yang ada. Hasil survei ini sangat penting untuk mendorong kinerja seluruh kader Golkar. Secara tegas, Kalla juga mengatakan, Golkar adalah partai pendukung pemerintah. Artinya, seluruh keberhasilan yang telah dicapai pemerintahan, baik di bidang ekonomi maupun pendidikan, tidak lepas dari sumbangsih Golkar. ”Kesannya seperti minum obat, jadi saya fungsinya kasih minum obat orang karena kadang-kadang tidak ada yang berani untuk menjelaskan. Sebagai Wapres dan pemimpin Golkar, apa pun harus dijalankan. Tidak ada urusan populis, tidak populis,”
Kebijakan JK akhir-akhir ini mendapat kritikan dari beberapa tokoh seniornya. Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung menilai kemerosotan Golkar lebih disebabkan tidak adanya gagasan yang bisa ditawarkan partai ini kepada rakyat. Selain itu, banyak kader Golkar yang hengkang ke Partai Hanura dan Partai Gerindra. Pihaknya khawatir Golkar akan terus terpuruk jika tidak segera membuat terobosan politik. Sementara Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Surya Paloh menyatakan agar Golkar melakukan kampanye bersama dengan PDIP. Demikian juga sesepuh Golkar Prof Ginanjar Kartasasmita menyatakan bahwa Golkar harus segera mengambil sikap, kalau nanti Partai Demokrat menjadi besar, ada kemungkinan SB tidak akan mengambil cawapres dari Golkar.
Dari perkembangan situasi dan kondisi tersebut diatas, terlihat bahwa JK kini menjadi sosok yang kurang populer, justru perannya yang besar di pemerintahan, berani dan mau pasang badan telah menurunkan popularitasnya. Sebuah permainan politik tingkat tinggi yang agaknya kurang diwaspadai, sehingga JK memasuki wilayah "killing ground", ditembaki dan kelihatannya juga mengakibatkan efek negatif kepada partai yang dipimpinnya. Ungkapan tiga tokoh senior Golkar diatas dapat dikatakan sebagai refleksi dari kekhawatiran faksi lainnya ditubuh Golkar. Janji JK yang akan all out mulai Januari mendatang merupakan usahanya untuk penyelamatan baik diri ataupun partainya.
Mungkin ada benarnya pendapat bahwa figur pendamping SBY sebagai Cawapres pada pilpres 2009 nanti akan menjadi penentu kemenangan. Hidayat Nur Wahid sebagai salah satu tokoh alternatif yang bisa saja terpilih menggantikan posisi JK, dimana apabila dipasangkan dengan SBY menurut LSN akan mendapat 41,8%. Mari kita tunggu bersama perkembangan politik yang semakin menarik disimak ini. Maaf ini hanyalah sebuah analisis "the old kompasiana blogger" yang disadari sangat banyak kekurangannya.
PRAYITNO RAMELAN, Guest Blogger Kompasiana.
Sumber : http://umum.kompasiana.com/2008/12/27/lsn-megabuwono-unggul-dari-sby-jk/ (Dibaca: 1021 kali)